Senin, 11 Maret 2013

PENDIDIKAN ISLAM INDONESIA MASA REFORMASI



BAB I
PENDAHULAN
            Sebagai lembaga pendidikan Islam, yaitu pesantern dan madrasah bertanggung jawab terhadap proses pencerdasan bangsa serta keseluruhan, sedangkan secara khusus pendidikan Islam dan bertanggung jawab atas kelangsungan tradisi ke Islaman dalam arti yang seharusnya. Berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan tentang pendidikan dapat dilihat bahwa posisi pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional meliputi: pendidikan Islam seperti mata pelajaran, pendidikan Islam sebagai lembaga, pendidikan Islam sebagai nilai.
Pendidikan Islam sebagai mata pelajaran adalah diberikan mata pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Kedudukan mata pelajaran ini semakin kuat dari satu fase ke fase yang lain.

BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Reformasi
Sebagian menganggap bahwa reformasi sudah tercapai manakala penyelenggara negara yang sudah 32 tahun berhenti, sehingga bagi mereka mundurnya Presiden Soeharto pada hari kamis, 21 mei 1998 merupakan puncak kemenangan. Ada yang memandang reformasi sebagai upaya pembersihan penyakit KKN dan kawan-kawan, sehingga identik dengan penciptaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Reformasi juga diartikan perubahan terhadap semua sistem kepemerintahan secara Totolitas.[1]

Ajaran Pokok Tasawuf

BAB I
PENDAHULUAN
Tasawuf itu bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. Banyak ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits Nabi SAW. berbicara tentang hubungan antara Allah dengan hamba-Nya manusia. Di dalam makalah ini hanya membahas tentang Ajaran Pokok Tasawuf yang mempunyai lima pembahasan saja yang menurut saya ketahui, yaitu Zuhud, Al mahabbah, Al ma’rifah, Al Fana’ dan Al Baqa’, dan Al Ittihad. Tujuan sebenarnya dari sufi ialah berada sdekat mungkin dengan Tuhan sehingga tercapainya persatuan. Jalan untuk mencapai tujuan itu panjang dan berisi stasiun-stasiun yang disebut dalam bahasa Arab al-maqamat. Buku-buku tasawuf tidak selamanya memberikan angka dan susunan yang sama tentang stasiun-stasiun itu. Untuk lebih jelas lagi, pemakalah akan mencoba menguraikan pembahasan tersebut pada berikut ini.

Proses masuknya pengaruh persia ke Indonesia



PEMBAHASAN

Sebelum pengaruh islam masuk ke Indonesia, di kawasan ini sudah terdapat kontak-kontak dagang, Melalui perdagangan itulah Islam masuk ke kawasan Indonesia. Dari beberapa bangsa yang membawa Islam ke Indonesia pada umumnya menggunakan pendekatan cultural, sehingga terjadi dialog budaya dan pergaulan social yang penuh toleransi.
 Ada proses awal penyebaran  Islam di Indonesia:
1. Perdagangan dan Perkawinan
Dengan menunggu angina muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan penduduk asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi social yang menghantarkan Islam berkembang (masyarakat Islam).
2. Pembentukan masyarakat Islam dari tingkat ‘bawah’ dari rakyat lapisan bawah, kemudian berpengaruh ke kaum birokrat (J.C. Van Leur).
3. Gerakan Dakwah, melalui dua jalur yaitau:
a. Ulama keliling menyebarkan agama Islam (dengan pendekatan Akulturasi dan Sinkretisasi/lambing-lambang budaya).
b. Pendidikan pesantren (ngasu ilmu/perigi/sumur), melalui lembaga/sisitem pendidikan Pondok Pesantren, Kyai sebagai pemimpin, dan santri sebagai murid.

Maqamat

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam studi tasawuf dikatakan bahwa kata tasawuf memiliki berbagai macam dasar  makna kata. Ada yang mengatakan berasal dari kata shaf, shafa, saufi, shuf, shaufanah, ahlu suffah, dan kata dasar lain pembentuk kata tasawuf itu sendiri. Apabila tasawuf dari (segi istilalah) diartikan sebagai sebuah ilmu/cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT maka secara analogi apabila mengaju pada kata “mendekatkan diri” berarti kita ini jauh, cukup jauh, kurang dekat dengan Allah SWT. Kalau diawal perkuliahan akhlaq tentang prinsip keseimbangan dikatakan bahwa manusia itu bisa lebih tinggi derajatnya daripada malaikat tetapi juga bisa lebih rendah dari binatang atau syetan. Ditambah lagi di dalam al Qur’an -terjemahan- tertulis  bahwa manusia itu tempat lupa dan salah. Dari situlah ada dan diperlukan upaya-upaya untuk berintrospeksi diri guna mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, Allah SWT.
Dalam dunia tasawuf kita mengenal istilah syari’at, thariqat dan haqiqat. Ketiga hal tersebut merupakan urutan dalam bertasawuf. Thariqat memilki arti jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Dalam ilmu tasawuf terdapat istilah maqam (maqamat) dan hal (ahwal). Ibarat kita mau ke lantai teratas disebuah gedung bertingkat atau lebih akrabnya kita akan ke lantai empat di Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga maka kita akan melewati  lantai pertama (dasar) kemudian lantai kedua. Selanjutnya naik ke lantai ketiga dan akhirnya sampai di lantai keempat sebagai lantai teratas. Di masing-masing lantai kita akan menemui isi dan suasana yang berbeda-beda. Seperti itulah gambaran tentang maqam dan hal. Di makalah ini akan mencoba menguraikan tentang kedua hal tersebut.

PERADABAN LEMBAH SUNGAI NIL (MESIR)


i.          Letak Geografis Mesir
 Terletak di benua Afrika :
 Sebelah Barat berbatasan          : Libya
Sebelah Timur berbatasan          : Laut Merah
Asebalah Utara berbatasan        : Laut Tengah
Sebelah Selatan berbatasan : Sudan
Antara Laut Tengah dan Laut Merah terdapat Terusan Suez yang menghubungkan pelayaran Eropa dan Asia
 ii.         Hasil Kebudayaan Mesir Kuno
Kebudayaan Mesir berkembang sejak 3000 SM,  di Lembah Sungai Nil, yaitu sungai terpanjang di dunia 
Hasil-hasil kebudayaan Mesir Kuno antara lain :
·           Piramida, yaitu bangunan yang terbuat dari batu yang disusun berbebtuk kerucut yang berfungsi untuk menyimpan mummi. Mummi adalah mayat raja-raja Mesir Kuno yang diawetkan
·           Obelisk, adalah tugu-tugu yang menjulang tinggi ke angkasa, sebagi tempat pemujaan
·           Sphinx, adalah patung hewan-hewan mitologis yang bebadan singa dan bermuka manusia
·           Hieroglyph, adalah huruf bebrbebtuk gambar yang diukir pada batu. Hieroglyph ini menjadi dasar alphabet yang sekarang kita pakai. 
Penelitian tentang huruf Hieroglyph pertama kali dilakukan oleh Heredotus abad ke-6 SM, tetapi ia tidak berhasil; mengungkapkan isi tulisan tersebut.

SAYYID AHMAD KHAN

A.    PENDAHULUAN

Di waktu Inggris telah memulai menanam kekuasaannya di India dan kemajuan peradaban Barat telah mulai dirasakan rakyat India, baik yang beragama Islam maupun yang beragama Hindu. Tetapi diantara kedua umat tersebut orang-orang Hindu lah yang lebih banyak dipengaruhi oleh peradaban baru itu, sehingga orang Hindu lebih maju dari orang Islam dan lebih dapat bekerja di kantor-kantor Inggris.
Keterbelakangan umat Islam di segi-segi vital interval sangat menonjol; kebodohan dari segi Iptek, kemiskinan ekonomi, ketertinggalan dalam peran-peran politik pemerintahan, bahkan dari segi agama pun terlihat kejumudan dan kemadegan berpikir, terutama berpikir rasional.
Gambaran keadaan umat Islam umumnya dalam dimensi teologi rasional kurang berkembang dengan baik, akidah Islam yang benar sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah sangat sapuh. Praktek teologi yang sangat akultiratif dengan budaya asli Hindu justru lebih menonjol. Gambaran pemuliaan yang sangat berlebihan terhadap syikh tarekat baik semasa ia masih hidup maupun sesudah wafat sungguh merupakan fenomena umum, sehingga kadang-kadang mengarah kepada pengultusan secara individu. Permohonan doa tidak langsung kepada Tuhan melainkan melalui perantara tidak langsung kepada Tuhan melainkan melalui perantara tokoh sufi (tarekat) yang dimuliakan tersebut.

HUKUM KEWARISAN ADAT BANJAR



Oleh :
Fitrian Noor Hata
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kajian-kajian para ahli hukum semenjak masa penjajahan Belanda sampai masa kemerdekaan juga menunjukkan adanya keberadaan Hukum Adat, di mana dalam perkembangannya terhadap studi hukum yang hidup dalam masyarakat Indonesia telah melahirkan teori yang saling tarik menarik dalam melihat keutamaannya. Teori-teori tersebut adalah receptio in complexu, receptie theorie, dan receptio a contrario.1
Hukum Adat Banjar adalah Hukum Adat lokal yang ada di Kalimantan Selatan, karenanya ia adalah salah satu bagian dari Hukum Adat Indonesia. Hukum Adat Banjar merupakan hukum asli yang berlaku pada masyarakat Banjar, yang sifatnya tidak tertulis, sekalipun demikian Hukum Adat itu telah terakomodir dalam beberapa tulisan dan dokumen-dokumen, seperti yang tertuang dalam Undang-undang Sultan Adam Tahun 1835 dan dalam Kitab Sabilal Muhtadin karangan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary.
Adapun suku bangsa Banjar ialah penduduk asli sebagian wilayah Propinsi Kalimantan Selantan. Mereka diduga berintikan penduduk asal Sumatera atau daerah sekitarnya, yang berimigrasi ke kawasan ini sekitar lebih dari seribu tahun yang lalu. Setelah berlalu masa yang lama dan setelah bercampur dengan penduduk yang lebih asli (biasanya disebut suku Dayak), serta bercampur dengan imigran-imigran yang berdatangan belakangan, maka terbentuklah setidak-tidaknya tiga sub suku, yaitu (Banjar) Pahuluan, (Banjar) Batang Banyu dan Banjar (Kuala). Bahasa yang mereka kembangkan dinamakan bahasa Banjar, yang asalnya ialah bahasa Melayu. Sedangkan nama Banjar diperoleh

1 Neng Djubaedah, “Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Masyarakat Muslim di Indonesia Suatu Harapan”, Artikel dalam Mimbar Hukum, No. 40, Tahun IX, 1998, hlm. 5. 2


karena mereka dahulu, sebelum dihapuskan pada tahun 1960, adalah warga kerajaan Banjarmasin atau disingkat Banjar, sesuai dengan nama ibu kotanya.2
Dahulu pada Kerajaan Banjar, pengaruh agama Hindu adalah sangat besar, terutama setelah adanya hubungan perdagangan dengan Kerajaan Majapahit yang Raja dan rakyatnya menganut agama Hindu. Sehingga dalam Kerajaan Banjar itu sendiri banyak ditemui kebudayaan keraton Majapahit.3
Sedangkan bentuk-bentuk kepercayaan dan praktek-praktek kehidupan masyarakat Dayak yang mendiami pegunungan Meratus adalah berdasarkan pemujaan nenek moyang dan percaya akan adanya makhluk-makhluk halus di sekitar manusia (animisme). Orang-orang Dayak yang hidup dalam batas-batas wilayah Tanah Banjar, percaya pada seorang dewa tertinggi, dan juga memberi persembahan kepada makhluk-makhluk halus lainnya, termasuk ruh orang yang dianggap sebagai nenek moyang mereka.4

Islam di Filipina



BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan beberapa sumber sejarah, terlihat bahwa Islam bukanlah agama pertama yang tumbuh pesat, namun Islam  masuk ke lapisan masyarakat yang telah memiliki peradaban, budaya, dan agama sebagaimana terlihat dalam masyarakat Asia Tenggara bahkan Islam dianggap sebagai Islam periferal karena adanya akomodasi antara pranata dalam Islam dengan agama lain dan tidak terlepas oleh pengaruh yang datang di wilayah Asia Tenggara. Apapaun label Islam yang ada di Asia Tenggara bukan berarti Islam di Asia Tenggara tidak memiliki penganut khususnya Filipina. Filipina adalah salah satu negara di Asia Tenggara dengan jumlah penganut Islamnya lebih sedikit dengan jumlah penduduk yang ada. Bagaimana sejarah dan dinamika Islam di Filipina??  
Sehubungan dengan hal diatas, dalam makalah ini kami akan membahas secara singkat lembaran-lembaran sejarah Islam di Filipina.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah singkat Islam di Filipina
Menurut Taufiq Abdullah, kawasan Asia Tenggara terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan atas pengaruh yang ada yakni:
·         Indianized Southeast, Asia Tenggara yang dipengaruhi India yang dalam hal ini Hindu dan Budha
·         Sinized South East, Asia Tenggara yang mendapat pengaruh China seperti India
·         Hispainized South East, Wilayah Asia Tenggara yang diSpanyolkan yaitu Filipina.
Ketiga pembagian tersebut seolah meniadakan pengaruh Islam yang begitu besar di asia tenggara khususnya Filipina, walaupun Filipina mendapatkan pengaruh oleh Spanyol akan tetapi pranata kehidupan di Filipina tidak terlepas pengaruh Islam terutama pada masa penjajahan Amerika dan Spanyol. Adapun secara kuntitas, Dr. Hamid mencantumkan bahwa Islam di Filipina merupakan salah satu kelompok minoritas diantara negara-negara yang ada. Dari statistik demografi pada tahun 1977 masyarakat Filipina berjumlah 44.300.000 jiwa. Sedangkan jumlah muslim 2.348.000 jiwa dengan presentase 5,3 % dengan unsur dominan komunitas Mindanao dan mogondinao.  Hal ini tidak terlepas dari latar belakang sejarah Islam di negeri Filipina.

Snouck Hurgronje



BAB I
PENDAHULUAN
Usaha sarjana-sarjana barat untuk melakukan studi tentang Islam pada khususnya dan dunia Timur pada umumnya sudah sering dikemukakan penulis dalam beberapa karya yang sudah dipublikasikan seperti Orientalisme dan Islam, perkembangan dan pertumbuhan orientalisme, orientalisme dan studi tentang Islam, serta beberapa artikel yang di muat dalam majalah ala-Jami’ah dan Sinar Darussalam mengenai tokoh-tokoh terkemuka dalam bidang ilmu pengetahuan di Barat seperti Ignaz Goldziher. Snouck Hurgronje, D.B. macDonald, H,A.R. Gib dan lain-lain.[1]
Apa yang disajikan sekarang khusus mengenai penulisan sejarah Islam yang dilakukan oleh sarjana-sarjana Barat, jadi jadi disini tidak dikemukakan penulisan dalam bidang hukum Islam, tasawuf dan tafsir, hadist dan sebagainy yang jumlahnya cukup banyak.[2]
Christiaan Snouck Hurgronje (1857-1936) memang figur kontroversial dalam pentas sejarah Indonesia kontemporer. Polemik seputar pro dan kontra atas keberadaan Hurgronje sebagai tokoh orientalis bagaikan danau dari mata air yang tak pernah kering untuk terus direnangi oleh siapa pun.[3]



BAB II
PEMBAHASAN
A.   Riwayat Hidup Snouck Hurgronje
Snouck Hurgronje lahir pada tanggal 8 Febuari 1857. Ayahnya adalah seorang pendeta, ia belajar Teologi Masehi pada sebuah lembaga yang dikhususkan bagi pengadaan dan mempersipkan para pendeta. Kemudian ia mendalami bahasa Arab dan ilmu-ilmu Islam yang lain, seraya mempersiapkan desertasi tentang menunaikan ibadah haji ke Mekkah pada tahun 1880 M. Ia telah menyamar sebagai seorang muslim, kemudian pergi ke Mekah dan bermukim disana kurang lebih selama enam bulan dengan menggunakan nama Abdul Goffar. Ia memang dikenal sangat pandai memerankan peran seorang muslim.

HISTORIOGRAFI ISLAM



HISTORIOGRAFI ISLAM
(Tinjauan Kritis Terhadap “Muqoddimah” Ibnu Khaldun)
Oleh : Agus Jaya


Pendahuluan
Bangsa Arab sebagai sebuah bangsa yang terkenal dengan kemampuan yang luar biasa dalam menggubah sya’ir, dan sya’ir-sya’ir mereka diperlombakan, kemudian pemenang dari perlombaan tersebut akan mendapatkan penghormatan dengan digantungnya karya yang telah dihasilkan pada dinding Ka’bah. Melalui tradisi sastra inilah diketahui beberapa peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi. dan nilai-nilai yang meyertai peristiwa penting itu juga mereka abadikan melalui kisah, dongeng, nasab, nyanyian, sya’ir dan sebagainya.
Demikian juga dengan para sejarawannya, mereka berusaha merekam setiap peristiwa penting[1] yang terjadi, dan mereka senantiasa eksis dengan masalah-masalah relevan untuk dikaji yang mereka suguhkan. Karena itu mempelajari, menelaah dan merenungkan masalah-masalah yang mereka kemukakan tetap urgen terutama dalam rangka menanggulangi problem nyata yang kita hadapi. Ide-ide para sejarawan dan pemikir muslim, seperti, Ibnu Ishaq, at-Thobari, al Mas’udi, al-Biruni dan Ibnu Khaldun, serta para sejarawan lainnya. Pemikiran mereka dengan konpleksitasnya telah berusia berabad-abad, namun tetap saja eksis untuk dikaji dan diteliti, maka dalam makalah ini, penulis akan fokus membahas historiografi Islam dan Muqoddimah sebagai sebuah buku sejarah monumental yang menjadi bagian dari historiografi Islam itu sendiri yang telah dilahirkan dari seorang sejarawan muslim abad abad pertengahan.[2]

Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai Kalimantan Selatan



SELAYANG PANDANG PONDOK PESANTREN
RASYIDIYAH KHALIDIYAH AMUNTAI

A.    Profil Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah
Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah ini awal mulanya berdiri dengan nama Arabische School yang didirikan pada tanggal 13 Oktober  1922 M. bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1341 H. berawal dari sebuah rumah sederhana yang terletak di Desa Pakapuran Amuntai. Pesantren ini didirikan oleh Tuan Guru K.H Abdurrasyid, alumnus Universitas Al Azhar Cairo dari tahun 1912-1922. [1]
Tuan Guru K.H Abdurrasyid dilahirkan pada tahun 1884 M di Desa Pakapuran Amuntai dari keluarga petani sederhana yang taat beragama. Ayahnya bernama Haji Ramli (dikenal dengan panggilan Haji Iram) dan ibunya bernama Khadijah. Ketika kawan-kawannya bersekolah di Inlandsche School, beliau mempelajari Al Qur’an pada seorang guru guru Al Qur’an di kampung. Pada usia tujuh tahun, beliau khatam Al Qur’an. [2]
Kemudian dengan izin kedua orang tua, Tuan Guru K.H Abdurrasyid pergi dari kampung ke kampung menuntut pelajaran agama Islam di pesantren-pesantren dan di rumah-rumah guru agama. Setelah dirasa cukup cukup mempelajari pengetahuan dari kampung ke kampung beliau bercita-cita pergi ke Mesir, yang sudah terkenal sebagai pusat studi agama Islam. Kemudian tahun 1912 Tuan Guru K.H Abdurrasyid pergi ke Mesir untuk mengikuti kuliah di Universitas Al Azhar Kairo sampai tahun 1922 selama 10 tahun.[3]
Tuan Guru K.H Abdurrasyid membuka penyelenggaraan pendidikan dirumah sendiri, sekaligus beliau bertindak sebagai pengajar tunggal dengan menggunakan sistem halqah, yaitu wetonan dimana tuang guru (Kyai) membaca kitab sesuatu dengan waktu, sedangkan santrinya duduk disampingnya mendengarkan dan menyimak apa yang diajarkan beliau dalam kitab tersebut, dan sorogan/bandungan, santri yang sudah mampu dan pandai mensorongkan sebuah kitab kepada tuan guru (Kyai) untuk dibacakan dihadapan beliau.[4]
Lama kelamaan jumlah santri yang datang sangatlah banyak, sehingga mengakibatkan daya tampung rumah Tuan Guru K.H Abdurrasyid tidak mungkin lagi, untuk itu ditempatnya dipindahkan kesebuah surau (mushalla) yang terletak berhadapan dengan rumah beliau, ditepi sungai Tabalong. Dengan perpindahan tersebut dibarengi pula dengan perpindahan sistem/metode penyelenggaraan pendidikan dari sistem hilqah ke sistem klasikal, dimana dilengkapai dengan meja, kursi dan papan tulis.[5]
Dalam proses belajar mengajar menurut istilah Tuan Guru K.H Abdurrasyid menggunakan sistem beranting (estafet). Beliau sendiri mengajar pada kelas tertinggi, kemudian para santrinya diberi tugas belajar pada kelas dibawahnya, hanya pada saat-saat tertentu memberikan pelajaran (nasehat) secara umum kepada seluruh santri.[6]
Sistem pengajaran yang dijalankan oleh Tuan Guru K.H Abdurrasyid mendapatkan sambutan dari masyarakat. Dari berbagai tempat para santri datang untuk belajar ketempat ini. Sebagian dari mereka berasal dari tempat yang jauh, kemudian memondok dirumah-rumah penduduk disekitar surau. Kampung Pakapuran yang semula sepi kemudian menjadi ramai dan penuh kesibukan dengan para penuntut ilmu.[7]

Minggu, 10 Maret 2013

Kumpulan MP3 Free

Cakra - Harus Terpisah
Anggi - Baganti Kartu (Lagu Banjar)
DJ Harlem Shake
Harlem Shake
Adele - Some One Like You
Batter - Ku Bahagia

Nonton TV Online

    Warung Bebas TV Streaming

    Dinasti Murabithun


    BAB I
    PENDAHULUAN
    Dinasti Murabithun pada mulanya merupakan gerakan keagamaan yang kemudian berkembang menjadi gerakan religio-militer. Kiai dan santri tinggal bersama di dalam ribat (biara), semacam pesantren di Indonesia[1]. Setelah Abdullah ibn Tasyfin meninggal, di angkat Yusuf ibn Tasyfin untuk mengantikan pamannya[2]. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun.
    Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya [3]. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil.

    Muluk al-Thawaif



    BAB I
    PENDAHULUAN
    Malapetaka kehancuran mulai melanda istana ketika pemuka-pemuka Daulah Umayyah memecat al-Mu’ayyad dari jabatan khalifah, karena ia bersedia memberikan jabatan tertinggi negara itu kepada al-Nashir li Dinillah sepeninggalnya kelak. Mulai saat itu perrebutan kursi khalifah sudah tidak dapat dihindari. Dalam tempo 22 tahun terjadi 14 kali pergantian khalifah.
                Wazir Abu al-Hazm ibn Jahwar memaklumkan penghapusan khalifah untuk selamanya, karena dianggap tidak ada lagi orang yang layak atas jabatan itu. Di atas puing-puing kehancuran Daulah Umayyah Andalusia memasuki babak baru yang dikenal dengan periode Muluk al-Thawaif.[1]
    BAB II
    PEMBAHASAN
                Khalifah Umayyah meninggalkan lebih dari 20 penguasa di 20 daerah atau kota. Para penguasa ini terbagi menjadi kelompok Barbar, Sicilia dan Arab. Antar sesama mereka terjadi pelbagai pertempuran yang tak segera padam. Para raja lemah ini memberikan raja-raja Kristen ambil bagian dan masuk menyerbu ke negara-negara mereka. Mereka sibuk melakukan pertempuran internal. Orang Kristen mengulurkan tangan untuk memberikan bantuan dalam memenangkan peperangan yang terjadi antar sesama mereka. Mereka saling berebut untuk mendapatkan bantuan dari Kristen.
                Persaingan antar sesama raja mendorong mereka untuk mengangkat sedemikian tinggi kedudukan para penyair, sastrawa dan tukang hibur. Sayangnya, ini dilakukan bukan karena cinta kepada sastra tetapi merupakan cara mereka untuk saling mengalahkan dan berusaha meraih popularitas murahan.[2]
    Sejak Hisyam II berkuasa, para pembesar istana memainkan peranan semena-mena. Sebab khalifah masih kecil dalam memimpin kekuasaan. Tanpa disadari muncullah dinasti-dinasti kecil yang menyatakan kemerdekaannya dan melepaskan diri dari kekuasaan pusat di Cordova. Saat itu salah satu orang yang mendudukkan Hisyam menjadi Khalifah adalah Abul Hazam ibn Jauhar. Akan tetapi, di kemudian hari ia melawannya, karena khalifah tidak memiliki kuasa akibat pengaruh penggawa istana yang lain. Selain itu kekuasana yang absolut dan sakral menjadikan istana bertindak semena-mena terhadap rakyat. Hal inilah yang mengilhami berdirinya al-Muluk al-Thawaif, termasuk berdirinya republik. Saat itulah Abul Hazam melahirkan dinasti baru, Banu Jahwar (1031 – 1070) sekaligus menjadi presiden Republik Cordova.sebelumnya di Malaga dan Algesiras berdiri dinasti Banu Hammud (1010 – 1057) sedangkan di Granada juga berdiri Dinasti Bnai Dziri. Selanjutnya berdirilah penguasa Slave Ruler di Murcia, Denia dan Kepulauan Balear (1013 – 1115). Kemudian Banu Hud di Saragosa (1010 – 1118). Juga terdapat dinasti baru, Banu Dzu al-Nun (1035 – 1085) di Toledo dan Banu ‘Abbad (1023 – 1091).

    PEMBARUAN DIN-I-LAHI



    BAB I
    PENDAHULUAN
    Membicarakan India pada masa kejayaan Islam tak lepas dari sejarah dinasti Mughal (1526-1720). Begitu pula membicarakan dinasti Mughal tak lepas dari masa kejayaannya pada masa Sultan Akbar (1560-1605).  Dalam masa inilah muncul gagasan dari Akbar yang selalu dibicarakan dalam sejarah Islam, terutama dalam kawasan India. Din-i-Ilahi, istilah yang digunakan mayoritas ahli sejarah adalah produk pemikiran Akbar yang ditentang oleh sebagian kelompok umat Islam waktu itu.

    BAB II
    PEMBAHASAN

    Akbar memulai pemerintahannya sebagai seorang Islam ortodoks yang taqwa. Dia menunaikan sholat lima waktu dalam berjama’ah, sering melakukan adzan dan kadang kala dia sendiri yang membersihkan masjid. Dia sangat menghormati dua pemimpin agama utama di istana : Makhdum-ul Mulk dan Syech Abdul Nabi.
    Makhdum-ul Mulk, yang penah menjadi tokoh penting dalam masa awal pemerintahan dinasti Surs, menjadi lebih berkuasa pada masa awal pemerintahan akbar. Syech Abdul Nabi yang diangkat menjadi sadr-il-sudur tahun 1565, di beri otoritas yang tidak pernah memegang jabatan lain menikmatinya. Akbar pergi ke rumah keduanya untuk mendengarkan keterangan tentang sabda-sabda Nabi saw dan dia menyerahkan Pangeran Salim di bawah asuhannya.
    Dia kemudian membangun Ibadat Khana, Rumah ibadat yang digunakan untuk diskusi agama. Sejak remaja Akbar senang bergaul dengan masyarakat terpelajar dan orang-orang jenius. Dia mendengarkan percakapan mereka tentang ilmu pengetahuan, sejarah kuno dan modern, agama serta sekte-sektenya dan semua persoalan urusan keduniaan dan memperoleh hasil yang baik dari apa yang didengarkan itu.

    Pranata Sosial di India



    BAB I
    PENDAHULUAN
    Sebuah negara atau kerajaan tidak akan terlepas dari apa yang dinamakan dengan pranata sosial. Dimana hal tersebut mengulas tentang keadaan sosial ekonomi pada masa pemerintahan kerajaan tersebut. Hal itu mempengaruhi sistem ekonomi dalam pemerintahan. Pranata sosial dalam suatu pemerintahan juga dapat menjadi tolok ukur seberapa suksesnya dalam pemerintahan tersebut. Struktur masyarakat Mughal yang pluralistik memungkinkan berkembangnya berbagai alternatif identitas Muslim yang diwujudkan dalam term kesukuan, kasta, pekerjaan, atau etnis.

    BAB II
    PEMBAHASAN
    A.    Politik
    1.      Hubungan dengan Khalifah
    Khalifah adalah pewaris Nabi saw., pemimpin masyarakat, panglima perang, pelindung, dan pelayan umat Islam. Ia memiliki dua kekuasaan, politis dan spiritual, namun tidak membuat undang-undang baru. Khalifah adalah kekuasaan politik yang selain memiliki daerah kekuasaan sendiri juga mempunyai kekuasaan spiritual di negara-negara Islam di seluruh dunia yang jauh dari pusat dan tidak mungkin dapat dipimpin langsung oleh khalifah.[1] Pada periode ini tidak terdapat/dikenal hukum yang mengatur pergantian kepemimpinan. Sering seorang sultan ditentukan dengan pemilihan, tetapi kadang-kadang sultan yang sedang berkuasa menentukan sendiri calon penggantinya. Meskipun prioritasnya adalah tingkat usia, tetapi tingkat efisiensi dan pilihan sultan yang meninggal mendapatkan perhatian penting. Pemilihan seorang sultan tergantung pada para bangsawan.[2]
    Meskipun sultan adalah penegak hukum yang utama, namun ia tidak dapat melawan hukum yang sudah berjalan. Ia hanya bebas membuat keputusan sendiri ketika terjadi ketidaksetujuan dikalangan para hakim. Ia memiliki kekuasaan untuk membuat semua peraturan sipil dan politik untuk kepentingan umum, tetapi tidak dapat menentang hukum syariat dalam pengesahannya. Supremasi hukum syariat inilah yang banyak membuat salah pengertian bahwa negara muslim India berbentuk teokrasi, yang sebenarnya adalah tidak demikian.

    Ibnu Khaldun



    BAB I
    PENDAHULUAN
                Seiring dengan perkembangan budaya dan peradaban Islam itulah ilmu sejarah dalam Islam lahir dan berkembang. Ketika umat Islam sudah mencapai kemajuan dalam penulisan sejarah, tidak ada bangsa lain pada waktu itu yang menulis sejarah seperti halnya kaum Muslimin. Perkembangan penulisan biografidalam sejarah (historiografi) Islam dimulai dengan penulisan riwayat Nabi Muhammad SAW. yang lebih dikenal dengan sirah an-Nabi wa maghazih (riwayat hidup Nabi SAW. dan perang-perangnya) atau disingkat dengan al-sirah wa al-maghazih (riwayat hidup dan perang-perang Nabi SAW.) saja. Menyusul setelah itu karya sejarah dalam bentuk al-Thabaqat (kumpulan biografi singkat) para sahabat, para tabi’in, dan tabi’i at-tabiin, terutama mereka yang merawikan hadits, dan akhirnya biografi para tokoh, yang didasarkan pada kesamaan profesi (al-mihan) atau pada kesamaan penguasaan ilmu atau keahlian. Karya-karya sejarah seperti ini, muncul dengan judul-judul yang beragam, yaitu al-thabaqat, al-siyar, al-tarajim, dan al-mu’jam, yang semuanya mempunyai arti yang sama, kumpulan biografi.[1]


    BAB II
    PEMBAHASAN
    A.    Riwayat Hidup Ibn Khaldun
    Ibnu Khaldun lahir di Tunis, Tunisia pada 1 Ramadhan 732 H atau 27 Mei 1332 M, nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin Bin Khaldun, nama kecilnya Abdurrahman, nama panggilan keluarga Abu Zaid. Nenek moyang Ibnu Khaldun berasal dari Hadramaut, Yaman yang berimigrasi ke Sevilla (Andalusia/Spanyol). Keluarga Ibnu Khaldun ini masih memiliki keturunan dengan Wail bin Hajar, salah seorang sahabat nabi Muhammad SAW, Ibnu Khaldun terlahir dari keluarga Arab - Spanyol ini sejak kecil sudah dekat dengan kehidupan intelektual dan politik. Ayahnya bernama Abu Abdillah Muhammad, seorang mantan perwira militer yang gemar mempelajari ilmu hukum, teologi dan sastra. Di usia 17 tahun, Ibnu Khaldun telah menguasai ilmu Islam klasik, termasuk Aqliyah (ilmu kefilsafatan, tasawuf), selain menggemari dunia ilmu pengetahuan, Ibnu Khaldun juga terlibat dalam dunia politik.[2]
    Keluarganya berasal dari Hadramaut (kini Yaman) dan silsilahnya sampai kepada seorang sahabat Nabi SAW bernama Wail bin Hujr dari kabilah Kindah. Salah seorang cucu Wail, Khalid bin Usman, memasuki daerah Andalusia bersama orang-orang Arab penakluk pada awal abad ke-3 H (ke-9 M).anak cucu Khalid bin Usman membentuk satu keluarga besar dengan nama Bani Khaldun. Bani itu lahir dan berkembang di kota Qarmunah (kini Carmona) di Andalusia (Spanyol) sebelum hijrah ke kota Isybilia (Sevilla). Di kota yang terakhir ini Bani Khaldun berhasil menduduki beberapa jabatan penting.[3]

    PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA



    PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA
    A. Proses Masuknya Islam di Asia Tenggara
    Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara.
    Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hamper semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
    Menurut Uka Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada enam, yaitu:
    1. Saluran perdagangan
    Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi drengan pedagang-rpedrarrgarng Muslim.
    Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya.

    PEMBAHARUAN DALAM ISLAM



    PEMBAHARUAN DALAM ISLAM
    BAB I
    PENDAHULUAN
    Sumber ajaran Islam adalah al Quran dan hadis. Keduanya lalu ditafsirkan, tafsir itu merupakan hasil pemikiran mufasir. Pemikiran itulah sebenarnya yang membentuk sikap dan perilaku kaum muslimin. Tatkala suatu pemikiran dimunculkan dan dianggap sesuai dengan keadaan zaman, pemikiran tersebut diterima oleh masyarakat Islam masa itu. Tetapi lama kelamaan situasi berubah. Pemikiran tadi adakalanya tidak sesuai lagi dengan keadaan yang baru. Maka para pemikir memikirkan kembali hasil pemikiran lama untuk disesuaikan dengan keadaan baru. Tatkala pemikiran ulang itu dilakukan dan disesuaikan dengan zaman modern, hasil pemikiran itu disebut modernisasi pemikiran Islam. Pembaruan dalam Islam dilakukan berdasarkan pemikiran baru tersebut. Jadi, pada hakikatnya, istilah pembaharuan atau modernisasi itu sama saja, yaitu penerapan pemikiran modern dalam memajukan Islam dan umat Islam.
    Kondisi zaman modern ditandai oleh penggunaan rasio dalam kehidupan. Karena itu, pada dasarnya, pembaharuan atau modernisasi dalam Islam identik dengan rasionalisasi. Pemikiran rasional dalam Islam dipengaruhi oleh persepsi tentang tingginya kedudukan akal dalam Islam. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani yang sudah masuk ke dunia Islam. Tetapi, jika pemikiran rasional Islam itu bersifat religius, maka pemikiran rasional Yunani bercorak sekuler.
    Untuk memahami pemikiran modern dalam Islam, sebaiknya lebih dahulu diketahui garis besar sejarah umat Islam sejak awal sampai zaman modern.

    Lahir dan Masa kejayaan Kerajaan Demak



    BAB I
    PENDAHULUAN
    Demak pada masa sebelumnya sebagai suatu daerah yang dikenal dengan nama Bintoro
    atau Gelagahwangi yang merupakan daerah kadipaten di bawah kekuasaan Majapahit.
    Kadipaten Demak tersebut dikuasai oleh Raden Patah salah seorang keturunan Raja
    Brawijaya V (Bhre Kertabumi) yaitu raja Majapahit. Dengan berkembangnya Islam di Demak, maka Demak dapat berkembang sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam di pulau Jawa. Hal ini dijadikan kesempatan bagi Demak untuk melepaskan diri dengan melakukan penyerangan terhadap Majapahit. Setelah Majapahit hancur maka Demak berdiri sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa dengan rajanya yaitu Raden Patah.

    BAB II
    PEMBAHASAN

    Lahir dan Masa kejayaan Kerajaan Demak
    Kesultanan Demak atau Kesultanan Demak Bintara adalah kesultanan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1478. Kesultanan ini sebelumnya merupakan keadipatian (kadipaten) vazal dari kerajaan Majapahit, dan tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada umumnya.[1] Lahirnya kerajaan Islam pertama di Jawa Tengah, d Demak, sejak abad ke-17 mendapatkan perhatian para pembawa cerita dan para penulis sejarah Jawa. Pada abad ke-17 hegemoni di Jawa Twngah dan Jawa Timur jatuh ke tangan raja-raja Mataram di pedalaman.[2]
                Menurut cerita tradisi Mataram Jawa Timur, raja Demak yang pertama Raden Patah adalah putra raja Majapahit yang terakhir (dari zaman sebelum Islam), yang dalam legenda-legenda bernama Brawijaya. Ibu Raden Patah konon seorang putri Cina dari keraton raja Majapahit. Raden Patah dalam menjalankan pemerintahannya, terutama dalm persoalan-persoalan agama, dibantu para ulama, Wali Songo. Sebelumnya, Demak yang masih bernama Bintoro merupakan daerah asal Majapahit yang diberikan Raja Majapahit kepada Raden Patah. Daerah ini lambat laun menjadi pusat perkembangan agama Islam yang diselenggarakan oleh para wali.

    Perang Dunia II



    BAB I
    PENDAHULUAN
    Perang Dunia II adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, termasuk semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi militer yang berlawanan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terbesar sepanjang sejarah dengan lebih dari 100 juta personil. Dalam keadaan "perang total," pihak yang terlibat mengerahkan seluruh bidang ekonomi, industri, dan kemampuan ilmiah untuk melayani usaha perang, menghapus perbedaan antara sipil dan sumber-sumber militer. Lebih dari tujuh puluh juta orang, mayoritas warga sipil, tewas. Hal ini menjadikan Perang Dunia II sebagai konflik paling mematikan dalam sejarah manusia.[1]
    Perang Dunia II berkecamuk di tiga benua tua; yaitu Afrika, Asia dan Eropa. Berikut pialah data pertempuran-pertempuran dan peristiwa penting di setiap benua. Untuk lebih jelasnya lagi mengenai Perang Dunia II akan dibahas didalam makalah ini.

    BAB II
    PEMBAHASAN
    A. Lahirnya Negara-negara Fasis
    Situasi Eropa menjelang PD II tidak jauh berbeda dengan situasi menjelang PD I. Suasana diliputi ketegangan dan keinginan balas dendam, terutama negara-negara yang kalah perang. Mereka dirugikan oleh perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh blok Sekutu. Pada umumnya negara-negara yang terlibat perang mengalami kehancuran ekonomi. Untuk itu mereka berusaha bangkit dengan cara yang diktator dan mengembangkan paham ultranasionalisme. Dari paham ultranasionalisme tersebut lahir negara-negara fasis. Negara-negara fasis yang muncul yaitu Jerman, Italia, dan Jepang.

    PEMIKIRAN SAYYID AHMAD KHAN DI INDIA PADA ABAD KE 19



    PEMIKIRAN SAYYID AHMAD KHAN DI INDIA PADA ABAD KE 19
    A . Latar Belakang
                Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 17 Oktober 1817 dan menurut keterangan ia berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah bin Ali. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamghir II(1754-1756).
    Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dab Kerajaan Mughal sebagai akibat dari “Pemberontakan 1857”, muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin umat Islam India, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali sebagai di masa lampau.
                Di masa “Pemberontakan 1857”, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggirs kepadanya ia tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepanya dapat ia terima. Hubungan dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umatr Islam India.
    Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa yang terkuat di India dan menentang kekuasaan, itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.
    Di samping itu dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk di dalamnya Inggris, ialah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk dapat maju, umat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh umat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
    Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam “Pemberontakan 1857, umat Islam tidak memainkan peranan utama. Untuk itu Ia keluarkan pamflet yang mengandung penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya “Pemberontakan 1857. Di antara sebab-sebab yang ia sebut adalah yang berikut:
    1.      Intervensi Inggris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukan sekolah-sekolah misi Kristen, dan penghapusan pendidikan agama dari perguruan-perguruan tinggi.
    2.      Tidak turut sertanya orang-orang India, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat, hal yang membawa kepada:
    a.       Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap Inggris datang untuk merobah agama mereka menjadi Kristen.
    b.      Pemerintah Inggris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India.