BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Dinasti Murabithun pada mulanya merupakan gerakan keagamaan
yang kemudian berkembang menjadi gerakan religio-militer. Kiai dan santri
tinggal bersama di dalam ribat (biara),
semacam pesantren di Indonesia[1].
Setelah Abdullah ibn Tasyfin meninggal, di angkat Yusuf ibn Tasyfin untuk
mengantikan pamannya[2].
Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di
Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam
di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan
negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya
memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia.
Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk
menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa
sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan
dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan
oleh dinasti Muwahhidun.
Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat
di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn
Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd
al-Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova,
Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya [3].
Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan.
Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah
itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang
dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol
dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam,
berada di bawah penguasa-penguasa kecil.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ekspansi
Murabithun Ke Andalusia
Murabithun atau Al–Murawiyah adalah nama suatu kerajaan
Islam di Maghrib (Afrika Utara) yang pada mulanya merupakan gerakan keagamaan
yang kemudian berkembang menjadi gerakan religio-militer. Dinasti ini didirikan
oleh beberapa cabang suku bangsa Sahanja di Sahara[4].
Pada abad kesebelas pemimpin Sanhaja,
Yahya bin Ibrahim, melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Dan sekembalinya dari
Arabia, ia mengundang Abdullah bin Yasin seorang alim terkenal di Maroko, untuk
membina kaumnya dengan keagamaan yang baik, kemudian beliau dibantu oleh Yahya
bin Umar dan saudaranya Abu Bakar bin Umar. Perkumpulan ini berkembang dengan
cepat , sehingga dapat menghimpun sekitar 1000 orang pengikut[5].
Dengan mengangkat Yahya bin Umar sebagai panglima militer,
suku-suku bangsa di Sahara mereka taklukan, mereka berhasil memperluas wilayah
kekuasaannya sampai ke Wadi Dar’ah. Penguasa Sijilmasah, yang dikuasai oleh
Mas’ud bin Wanuddin al-Magrawi, memberikan perlawanan sengit, tetapi ia gugur dan
ibu kotanya direbut al-Murabitun (1055/447 H)[6].
Karena desakan al-Mu’tamid ibnu Abbad, raja Sevilla, Ibnu
Tasyfin menyeberang ke Spanyol berserta pasukan militer yang kuat untuk menghadapi
pasukan Kristen yang dipimpin oleh Alfonso VI, raja di Leon dan Castile. Yusuf
bin Tasfin mendapat dukungan dari Muluk At-Thawa’if dalam pertempuran di
Zallaqah. Ketika Yusuf bin Tasfin meninggal Dunia, ia mewariskan kepada
anaknya, Abu Yusuf bin Tasyfin. Warisan itu berupa kerajaan yang luas dan besar
terdiri dari negeri-negeri Maghrib, bagian Afrika dan Spanyol. Ali ibn Yusuf
melanjutkan politik pendahulunya dan berhasil mengalahkan anak Alfonso VI (1108
M)[7].
Kemudian ia ke Andalusia merampas Talavera Dela Rein. Lambat
laun
Dinasti Al- Murabithun mengalami kemunduran dalam memperluas wilayah. Kemudian Ali mengalami kekalahan pertempuran di Cuhera (1129 M). kemudain ia mengangkat anaknya Tasyfin bin Ali menjadi Gubernur Granada dan Almeria. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menguatkan moral kaum Murabithun untuk mempertahankan serangan dari raja Alfonso VII. Dinasti Al- Murabithun memegang kekuasan selama 90 tahun, dengan delapan orang penguasa yaitu :
Dinasti Al- Murabithun mengalami kemunduran dalam memperluas wilayah. Kemudian Ali mengalami kekalahan pertempuran di Cuhera (1129 M). kemudain ia mengangkat anaknya Tasyfin bin Ali menjadi Gubernur Granada dan Almeria. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menguatkan moral kaum Murabithun untuk mempertahankan serangan dari raja Alfonso VII. Dinasti Al- Murabithun memegang kekuasan selama 90 tahun, dengan delapan orang penguasa yaitu :
1. Yahya ibnu Ibrahim,
2. Yahya ibnu Umar (w. 1055/ 447 H),
3. Abu Bakar bin Umar 1056-1061 M
4. Yusuf bin Tasyfin
1061-1107 M (453-500 H)
5. Ali bin Yusuf 1107-1143 M (500-537 H)
6. Tasyfin bin Ali 1143-1145 M (537-539 H)
7. Ibrahim bin Tasyfin
8. Ishak bin Ali, 1146 (541 H)[8]
Masa
terahir Dinasti Al-Murabithun tatkala dikalahkan oleh Dinasti Muwahiddun yang
dipimpin oleh Abdul Mun’im. Dinasti Muwahiddun menaklukkan Maroko pada tahun
1146- 1147 M yang ditandai dengan terbunuhnya penguasa Al-Murabithun yang
terakhir, Ishak bin Ali.
B.
Ekspansi Muwahhidun Ke Andalusia
Muwahhiddun
adalah nama suatu kerajaan Islam di Magrib, Afrika Utara, yang pada mulanya merupakan
gerakan keagamaan dilakukan ibnu Tummart.[9]
Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan Muwahhiddun, karena gerakan ini
bertujuan untuk menegakkan tauhid (Keesaan Allah), menolak segala bentuk
pemahaman anthropormofisme (Tajsim) yang dianut oleh Murabithun[10].
Karena itu semangat perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan
Murabhitun. Pada tahun 1129 M, di bawah komando Abu Muhammad Al Basyir, kaum
Muwahiddun menyerang ibu kota Murabithun. Peristiwa itu terkenal dengan nama
perang Buhairah. Dalam perang itu Muwahhidun kalah dan mengakibatkan
meninggalnya Ibn Tumart.
Pada tahun
1163 M, Abdul Mun’im bin ‘Ali diangkat sebagai pemimpin menggantikan Ibn
Tumart. Di bawah kepemimpinannya Al-Muwahiddun Meraih kemenangan. Pada tahun
1131 M Muwahiddun menguasai Nadla , Dir’ah Taigar, Fazar dan Giyasah. Pada
tahun 1139 M, Muwahiddun melancarkan serangan ke pertahanan Murabithun sehingga
jatuh ketangan kaum Muwahiddun. Fez kota terbesar kedua setelah Marrakech,
direbut al-Muwahhidun pada tahun 1145 M. Setahun kemudian berhasil menguasai
Marrakech dan menjatuhkan Murabithun[11].
Walaupun ia tidak menguasai seluruh Afrika Utara, namun ia justru berhasil
menaklukkan Andalusia (1147 M) [12].
Setelah berhasil menjatuhkan Murabithun Abdul Mun’im memperluas wilayah
kekuasaannya, pada tahun 1152 M Al-Jazair direbutnya. 6 tahun berikutnya
wilayah Tunisia dikuasai dan 2 tahun setelah itu Tripoli jatuh ketangannya.
Kekuasaannya dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah Barat, suatu
prestasi gemilang dan belum
pernah dicapai oleh Dinasti manapun di Afrika Utara.
pernah dicapai oleh Dinasti manapun di Afrika Utara.
Pada tahun
1162 M, Abdul Mun’im memperluas wilayahnya ke daerah yang dikuasai orang
Kristen, tetapi pada tahun itu Abdul Mun’im wafat. Ia diganti puteranya Abu
Ya’kup Yusuf Abdul Mun’im (1184 M). Ia memperluas wilayah di utara dari timur
pada tahun 1169 M dibawah Abu Hafs al Muwahhidun, dia berhasil merebut Toledo.
Dalam
beberapa generasi ini Muwahhidun mengalami masa kemajuan. Akan tetapi setelah
kematian Ya’kub Muwahhidun memasuki masa kemunduran. Bersamaan dengan
kemunduran ini, pasukan Salib yang telah dikalahkan oleh Salahuddin di
Palestina kembali ke Eropa dan mulai menggalang kekuatan baru dibawah pimpinan
Alfonso IX. Kekuatan KRISTEN ini mengulangi serangan ke Andalusia dan kali ini
mereka berhasil mengalahkan kekuatan Muslim Muwahhidun. Setelah beberapa kali
mengalami kekalahan dan akhirnya penguasa muwahhidun meninggalkan Spanyol dan
kembali ke Afrika Utara (Maroko) pada tahun 1235 M. Dia mengangkat para pejabat
Al-Murabithun untuk menduduki jabatan Gubernur
pada wilayah taklukannya, sementara ia memerintah di Maroko [13].
Nama-nama
penguasa al-Muwahidun adalah:
- Muhammad bin Tumart Al Mahdi 1121-1128 (515-522),
- Abdul Mun’im bin Ali 1128-1163 (522-558 H),
- Abu Ya’qub Yusuf 1163-1184 (558-580 H),
- Abu Yusuf al Mansur 1184-1198 (580-595 H),
- Muhammad an-Nasir 1198-1213 (595-610 H),
- Yusuf Al Mustansir 1214-1224 (611-620 H),
- Abdul- Wahid al-Makhlu, 1224 (620-621 H),
- Al-Adil, 1224-1227 (621-624 H),
- Al-Ma’mun, 1227-1232 (624-629 H),[14]
C.
Perebutan Hegemoni Dengan Spanyol
Kristen Atas Andalusia
Pada 609 H/ 1212 M kaum nasrani
mengadakan serangan balik mengadakan serangan besar-besaran ke Spanyol dengan
mengatasnamakan perang suci di Eropa. Mereka dapat menghimpun bantuan
sukarelawan persekutuan yang terdiri dari orang-orang Prancis, Jerman, Inggris,
dan Italia. Serangan tersebut di hadapi oleh Khalifah al Mansur Billah bersama
600.000 tentara di Las Navas de Toloso (al-Uqub) sekitar 70 mil di sebelah
timur Cordova. Saat itu pasukan nasrani dipimpin oleh Alfanso VIII, Raja
Castile. Dalam peperangan tersebut tentara al-Muwahhidun mengalami kekalahan
besar bahkan menyebabkan berakhirnya kekuasaan dan al-Muwahhidun di Spanyol
(1235 M)[15].
Oleh karena itu, satu persatu
kekuasaan Islam di Spanyol jatuh ke tangan nasrani, sehingga selama 1238-1260 M
mereka dapat menguasai Valencia, Cordova, Murcia, dan Seville. Sementara yang
masih menjadi kekuasaan Islam hanya Granada di bawah kekuasaan Bani Nasr yang mampu
mempertahankannya selama dua setengah abad (1232-1492 M) karena penguasa
Granada hanya terdiri dari satu etnis, yaitu etnis Arab di Spanyol yang
melarikan diri dan berkumpul di bawah kekuasaan Bani Ahmar[16].
BAB III
PENUTUP
Murabithun atau Al–Murawiyah
merupakan salah satu Dinasti Islam yang berkuasa di Maghrib. Nama Al-Murabithun
berkaitan dengan nama tempat tinggal mereka yang pada awalnya mereka menempati
Ribat (sejenis surau). Asal-usul dinasi ini dari Lemtuna, salahsatu dari suku
Sanhaja, Mereka juga disebut al-Mulassimun (orang-orang bercadar).
Di bawah pimpinan Abdullah bin Yasin dan komando militer Yahya bin Umar mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Wadi Dara, dan kerajaan Sijil Mast yang dikuasai oleh Mas’ud bin Wanuddin. Ketika Yahya bin Umar meninggal Dunia, jabatannya diganti oleh saudaranya, Abu Bakar bin Umar, kemudian ia menaklukkan daerah Sahara Maroko. Setelah diadakan penyerangan ke Maroko tengah dan selatan.
Di bawah pimpinan Abdullah bin Yasin dan komando militer Yahya bin Umar mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Wadi Dara, dan kerajaan Sijil Mast yang dikuasai oleh Mas’ud bin Wanuddin. Ketika Yahya bin Umar meninggal Dunia, jabatannya diganti oleh saudaranya, Abu Bakar bin Umar, kemudian ia menaklukkan daerah Sahara Maroko. Setelah diadakan penyerangan ke Maroko tengah dan selatan.
Muwahhiddun merupakan Dinasti Islam
yang pernah berjaya di Afrika Utara selama lebih satu abad. Didirikan oleh
Muhammad bin Tummart. Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan Muwahhiddun,
karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid (Keesaan Allah), menolak
segala bentuk pemahaman anthropormofisme (Tajsim) yang dianut oleh Murabithun.
Karena itu semangat perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan
Murabhitun. Pada tahun 1129 M, di bawah komando Abu Muhammad Al Basyir, kaum
Muwahiddun menyerang ibu kota Murabithun. Peristiwa itu terkenal dengan nama perang
Buhairah.
DAFTAR
PUSTAKA
IAIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta : Penerbit Djambatan, 1992.
Hamka. Sejarah
Umat Islam II. Jakarta :Bulan Bintang,1975.
Karim, M. Abdul. Sejarah
Pemikiran Dan Peradaban Islam . Yogyakarta : Pustaka Book Publisher,2007.
http://dheo-education.blogspot.com/2008/07/dinasti-murabithun-dan-muwahidhun.html
di akses tanggal 20 Maret
2011
[3]. http://dheo-education.blogspot.com/2008/07/dinasti-murabithun-dan-muwahidhun.html
di akses tanggal 20 Maret
2011
[5]
. http://dheo-education.blogspot.com/2008/07/dinasti-murabithun-dan-muwahidhun.html
di akses tanggal 20 Maret
2011
[7]
. Ibid, hal 693
[8].
Ibid, hal 694
[9]
. Ibid, hal 715
[10]
. Ibid hal 715
[11]
. http://dheo-education.blogspot.com/2008/07/dinasti-murabithun-dan-muwahidhun.html
di akses tanggal 20 Maret
2011
[12]
. Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam
. Yogyakarta :
Pustaka Book Publisher,2007., Hal 244
[13]
. http://dheo-education.blogspot.com/2008/07/dinasti-murabithun-dan-muwahidhun.html
di akses tanggal 20 Maret
2011
[15]
Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam . Yogyakarta : Pustaka Book Publisher,2007., Hal 248
[16]
Ibid, hal 248
Tidak ada komentar:
Posting Komentar