Minggu, 10 Maret 2013

Dinasti Murabithun


BAB I
PENDAHULUAN
Dinasti Murabithun pada mulanya merupakan gerakan keagamaan yang kemudian berkembang menjadi gerakan religio-militer. Kiai dan santri tinggal bersama di dalam ribat (biara), semacam pesantren di Indonesia[1]. Setelah Abdullah ibn Tasyfin meninggal, di angkat Yusuf ibn Tasyfin untuk mengantikan pamannya[2]. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun.
Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya [3]. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil.


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Ekspansi Murabithun Ke Andalusia
Murabithun atau Al–Murawiyah adalah nama suatu kerajaan Islam di Maghrib (Afrika Utara) yang pada mulanya merupakan gerakan keagamaan yang kemudian berkembang menjadi gerakan religio-militer. Dinasti ini didirikan oleh beberapa cabang suku bangsa Sahanja di Sahara[4].  Pada abad kesebelas pemimpin Sanhaja, Yahya bin Ibrahim, melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Dan sekembalinya dari Arabia, ia mengundang Abdullah bin Yasin seorang alim terkenal di Maroko, untuk membina kaumnya dengan keagamaan yang baik, kemudian beliau dibantu oleh Yahya bin Umar dan saudaranya Abu Bakar bin Umar. Perkumpulan ini berkembang dengan cepat , sehingga dapat menghimpun sekitar 1000 orang pengikut[5].
Dengan mengangkat Yahya bin Umar sebagai panglima militer, suku-suku bangsa di Sahara mereka taklukan,  mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Wadi Dar’ah. Penguasa Sijilmasah, yang dikuasai oleh Mas’ud bin Wanuddin al-Magrawi, memberikan perlawanan sengit, tetapi ia gugur dan ibu kotanya direbut al-Murabitun (1055/447 H)[6].
Karena desakan al-Mu’tamid ibnu Abbad, raja Sevilla, Ibnu Tasyfin menyeberang ke Spanyol berserta pasukan militer yang kuat untuk menghadapi pasukan Kristen yang dipimpin oleh Alfonso VI, raja di Leon dan Castile. Yusuf bin Tasfin mendapat dukungan dari Muluk At-Thawa’if dalam pertempuran di Zallaqah. Ketika Yusuf bin Tasfin meninggal Dunia, ia mewariskan kepada anaknya, Abu Yusuf bin Tasyfin. Warisan itu berupa kerajaan yang luas dan besar terdiri dari negeri-negeri Maghrib, bagian Afrika dan Spanyol. Ali ibn Yusuf melanjutkan politik pendahulunya dan berhasil mengalahkan anak Alfonso VI (1108 M)[7].
Kemudian ia ke Andalusia merampas Talavera Dela Rein. Lambat laun
Dinasti Al- Murabithun mengalami kemunduran dalam memperluas wilayah. Kemudian Ali mengalami kekalahan pertempuran di Cuhera (1129 M). kemudain ia mengangkat anaknya Tasyfin bin Ali menjadi Gubernur Granada dan Almeria. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menguatkan moral kaum Murabithun untuk mempertahankan serangan dari raja Alfonso VII. Dinasti Al- Murabithun memegang kekuasan selama 90 tahun, dengan delapan orang penguasa yaitu :
1.      Yahya ibnu Ibrahim,
2.      Yahya ibnu Umar (w. 1055/ 447 H),
3.      Abu Bakar bin Umar 1056-1061 M
4.       Yusuf  bin Tasyfin  1061-1107 M (453-500 H)
5.      Ali bin Yusuf 1107-1143 M (500-537 H)
6.       Tasyfin bin Ali 1143-1145 M (537-539 H)
7.       Ibrahim bin Tasyfin
8.      Ishak bin Ali, 1146 (541 H)[8]
Masa terahir Dinasti Al-Murabithun tatkala dikalahkan oleh Dinasti Muwahiddun yang dipimpin oleh Abdul Mun’im. Dinasti Muwahiddun menaklukkan Maroko pada tahun 1146- 1147 M yang ditandai dengan terbunuhnya penguasa Al-Murabithun yang terakhir, Ishak bin Ali.
B.     Ekspansi Muwahhidun Ke Andalusia

Muwahhiddun adalah nama suatu kerajaan Islam di Magrib, Afrika Utara, yang pada mulanya merupakan gerakan keagamaan dilakukan ibnu Tummart.[9] Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan Muwahhiddun, karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid (Keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman anthropormofisme (Tajsim) yang dianut oleh Murabithun[10]. Karena itu semangat perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan Murabhitun. Pada tahun 1129 M, di bawah komando Abu Muhammad Al Basyir, kaum Muwahiddun menyerang ibu kota Murabithun. Peristiwa itu terkenal dengan nama perang Buhairah. Dalam perang itu Muwahhidun kalah dan mengakibatkan meninggalnya Ibn Tumart.
Pada tahun 1163 M, Abdul Mun’im bin ‘Ali diangkat sebagai pemimpin menggantikan Ibn Tumart. Di bawah kepemimpinannya Al-Muwahiddun Meraih kemenangan. Pada tahun 1131 M Muwahiddun menguasai Nadla , Dir’ah Taigar, Fazar dan Giyasah. Pada tahun 1139 M, Muwahiddun melancarkan serangan ke pertahanan Murabithun sehingga jatuh ketangan kaum Muwahiddun. Fez kota terbesar kedua setelah Marrakech, direbut al-Muwahhidun pada tahun 1145 M. Setahun kemudian berhasil menguasai Marrakech dan menjatuhkan Murabithun[11]. Walaupun ia tidak menguasai seluruh Afrika Utara, namun ia justru berhasil menaklukkan Andalusia (1147 M) [12]. Setelah berhasil menjatuhkan Murabithun Abdul Mun’im memperluas wilayah kekuasaannya, pada tahun 1152 M Al-Jazair direbutnya. 6 tahun berikutnya wilayah Tunisia dikuasai dan 2 tahun setelah itu Tripoli jatuh ketangannya. Kekuasaannya dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik sebelah Barat, suatu prestasi gemilang dan belum
pernah dicapai oleh Dinasti manapun di Afrika Utara.
Pada tahun 1162 M, Abdul Mun’im memperluas wilayahnya ke daerah yang dikuasai orang Kristen, tetapi pada tahun itu Abdul Mun’im wafat. Ia diganti puteranya Abu Ya’kup Yusuf Abdul Mun’im (1184 M). Ia memperluas wilayah di utara dari timur pada tahun 1169 M dibawah Abu Hafs al Muwahhidun, dia berhasil merebut Toledo.
Dalam beberapa generasi ini Muwahhidun mengalami masa kemajuan. Akan tetapi setelah kematian Ya’kub Muwahhidun memasuki masa kemunduran. Bersamaan dengan kemunduran ini, pasukan Salib yang telah dikalahkan oleh Salahuddin di Palestina kembali ke Eropa dan mulai menggalang kekuatan baru dibawah pimpinan Alfonso IX. Kekuatan KRISTEN ini mengulangi serangan ke Andalusia dan kali ini mereka berhasil mengalahkan kekuatan Muslim Muwahhidun. Setelah beberapa kali mengalami kekalahan dan akhirnya penguasa muwahhidun meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara (Maroko) pada tahun 1235 M. Dia mengangkat para pejabat Al-Murabithun untuk menduduki jabatan Gubernur  pada wilayah taklukannya, sementara ia memerintah di Maroko [13].

Nama-nama penguasa al-Muwahidun adalah:
  1. Muhammad bin Tumart Al Mahdi 1121-1128 (515-522),
  2.  Abdul Mun’im bin Ali 1128-1163 (522-558 H),
  3. Abu Ya’qub Yusuf 1163-1184 (558-580 H),
  4.  Abu Yusuf al Mansur 1184-1198 (580-595 H),
  5.  Muhammad an-Nasir 1198-1213 (595-610 H),
  6.  Yusuf  Al Mustansir 1214-1224 (611-620 H),
  7. Abdul- Wahid al-Makhlu, 1224 (620-621 H),
  8. Al-Adil, 1224-1227 (621-624 H),
  9. Al-Ma’mun, 1227-1232 (624-629 H),[14]
C.    Perebutan Hegemoni Dengan Spanyol Kristen Atas Andalusia
Pada 609 H/ 1212 M kaum nasrani mengadakan serangan balik mengadakan serangan besar-besaran ke Spanyol dengan mengatasnamakan perang suci di Eropa. Mereka dapat menghimpun bantuan sukarelawan persekutuan yang terdiri dari orang-orang Prancis, Jerman, Inggris, dan Italia. Serangan tersebut di hadapi oleh Khalifah al Mansur Billah bersama 600.000 tentara di Las Navas de Toloso (al-Uqub) sekitar 70 mil di sebelah timur Cordova. Saat itu pasukan nasrani dipimpin oleh Alfanso VIII, Raja Castile. Dalam peperangan tersebut tentara al-Muwahhidun mengalami kekalahan besar bahkan menyebabkan berakhirnya kekuasaan dan al-Muwahhidun di Spanyol (1235 M)[15].
Oleh karena itu, satu persatu kekuasaan Islam di Spanyol jatuh ke tangan nasrani, sehingga selama 1238-1260 M mereka dapat menguasai Valencia, Cordova, Murcia, dan Seville. Sementara yang masih menjadi kekuasaan Islam hanya Granada di bawah kekuasaan Bani Nasr yang mampu mempertahankannya selama dua setengah abad (1232-1492 M) karena penguasa Granada hanya terdiri dari satu etnis, yaitu etnis Arab di Spanyol yang melarikan diri dan berkumpul di bawah kekuasaan Bani Ahmar[16].


BAB III
PENUTUP
Murabithun atau Al–Murawiyah merupakan salah satu Dinasti Islam yang berkuasa di Maghrib. Nama Al-Murabithun berkaitan dengan nama tempat tinggal mereka yang pada awalnya mereka menempati Ribat (sejenis surau). Asal-usul dinasi ini dari Lemtuna, salahsatu dari suku Sanhaja, Mereka juga disebut al-Mulassimun (orang-orang bercadar).
Di bawah pimpinan Abdullah bin Yasin dan komando militer Yahya bin Umar mereka berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Wadi Dara, dan kerajaan Sijil Mast yang dikuasai oleh Mas’ud bin Wanuddin. Ketika Yahya bin Umar meninggal Dunia, jabatannya diganti oleh saudaranya, Abu Bakar bin Umar, kemudian ia menaklukkan daerah Sahara Maroko. Setelah diadakan penyerangan ke Maroko tengah dan selatan.
Muwahhiddun merupakan Dinasti Islam yang pernah berjaya di Afrika Utara selama lebih satu abad. Didirikan oleh Muhammad bin Tummart. Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan Muwahhiddun, karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid (Keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman anthropormofisme (Tajsim) yang dianut oleh Murabithun. Karena itu semangat perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan Murabhitun. Pada tahun 1129 M, di bawah komando Abu Muhammad Al Basyir, kaum Muwahiddun menyerang ibu kota Murabithun. Peristiwa itu terkenal dengan nama perang Buhairah.

DAFTAR PUSTAKA

IAIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta : Penerbit Djambatan, 1992.
Hamka. Sejarah Umat Islam II. Jakarta :Bulan Bintang,1975.
Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam . Yogyakarta : Pustaka Book  Publisher,2007.



[1] . Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta : Penerbit Djambatan, 1992., Hal  692
[2] . Hamka. Sejarah Umat Islam II. Jakarta :Bulan Bintang,1975., Hal  152
[4] . Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta : Penerbit Djambatan, 1992., Hal  692
[6] . Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta : Penerbit Djambatan, 1992., Hal  693
[7] . Ibid, hal 693
[8]. Ibid, hal 694
[9] . Ibid, hal 715
[10] . Ibid hal 715
[12] . Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam . Yogyakarta : Pustaka Book  Publisher,2007., Hal  244
[14] .Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta : Penerbit Djambatan, 1992., Hal  715
[15] Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam . Yogyakarta : Pustaka Book  Publisher,2007., Hal  248

[16] Ibid, hal 248

Tidak ada komentar:

Posting Komentar