Minggu, 10 Maret 2013

Imperialisme



PENDAHULUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, imperialisme adalah sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar. Penjajahan pada hakikatnya adalah penguasaan (dominasi) politik, militer, kultur dan ekonomi terhadap bangsa-bangsa yang terjajah untuk dieksploitasi.
Lazimnya imperialisme dibagi menjadi dua:
1.               Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism). Inti dari imperialisme kuno adalah semboyan gold, gospel, and glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Suatu negara merebut negara lain untuk menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan menambah kejayaannya. Imperialisme ini berlangsung sebelum revolusi industri dan dipelopori oleh Spanyol dan Portugal.
2.               Imperialisme Modern (Modern Imperialism). Inti dari imperialisme modern ialah kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul sesudah revolusi industri. Industri besar-besaran (akibat revolusi industri) membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri, kemudian juga sebgai tempat penanaman modal bagi kapital surplus.



PEMBAHASAN
A.      Gerakan kaum Muslimin melawan Czar pada tahun 1917
Perang dunia pertama (1914-1918) tidak saja mempersiapkan Lenin mengadakan revolusi Februari dan revolusi Oktober 1917 tetapi juga kaum Muslimin mulai bangkit memperjuangkan keadilan dan kebenaran menuntut kemerdekaan.
            Pada tanggal 1 Mei 1917 telah diadakan Kongres Muslimin seluruh Rusia di Moscow menuntut suatu otonomi nasional. Dengan suara 446 lawan271 kongres menuntut suatu uni federal dengan Rusia dan menuntut suatu otonomi politis dan kulturil untuk tiap bangsa.  Kongres kedua yang diadakan pada tanggal 21 Juli tahun 1917 di Kazan menguatkan keputusan kongres pertama. Suatu Perwakilan Rakyat nasional yang diadakan di Ufa pada tanggal 20 November 1917 memutuskan pembentukan kementrian-kementrian agama, pendidikan dam keuangan dan meletakkan pemerintahan otonom Tatar pertama di Volga Tengah. Kaum Tatar Crimea yang pada tanggal 5 Mei 1917 telah mengadakan pertemuan di Simferopol dengan pernyataan otonomi kulturil dari Krimea, telah memutuskan semua hubungan dengan Rusia pada tanggal 26 Desember 1917 tatkala parlemen Tatar mengesahkan suatu konstitusi pendirian suatu republik demokrasi Krimea.
            Turkestan telah menunjukkan keinginannya untuk merdeka disebabkan ketidaksamaan etnis, historis, agama ataupun ideologis dengan Rusia dizaman Tzar maupun Bolshevik. Pada tanggal 9 Desember 1917 suatu kongres Muslim telah diadakan di Khokhand dan menuntut otonomi Turkestan (Selatan) dengan kerangka republik federal demokratik Rusia. Diantara tanggal 18 dan 26 Desember 1917 suatu kongres kaum Kazakh diadakan di Orenburg dan mengadakan suatu konsil Nasional dengan nama tradisionil olash-Orda yang memproklamasikan otonomi negeri Kasakh, mengangkat suatu kabinet yang bekerjasama secara erat dengan pemerintah Turkestan. Kongres Orenburg juga mengemukakan program  yang menyatakan bahwa Rusia harus menjadi republik federal demikrat dengan Kazakhetan sebagai suatu kesatuan otonom. Kira-kira pada waktu yang sama telah diadakan suatu kongres bashkir di Odenburg juga yang menuntu suatu otonomi untuk Bashkir. Demikian juga negara-negara kecil seperti Volga Basin, Mari, Votyaks, Chuvashes mengadakan kongres musim panas tahun 1917 menyampaikan tuntutan yang sama. Dan kongres kaum Muslimin kaukasus Utara telah diadakan pula di Vladikavkaz dalam bulan Mei dan September.
B.       Permintaan kaum komunis kepada kaum Muslimin.
            Dalam perlawanan terhadap Tzar, kaum Bolshevik memperalat kaum Muslimin sebagai lawan yang kuat. Demikian pula sesudah revolusi Oktober saat mana kaum Bolshevik masih terlalu lemah. Pernyataan yang ditandatangani oleh Lenin tertanggal 5 Desember 1917.
            Pendekatan ini disebabkan semata-mata karena kelemahan komunis yang baru tumbuh menjadi suatu kekuatan ditengah kungkungan burjuis, janji kaum komunis pada bula Desember hanyalah suatu taktik semata-mata dan pemenuhan janji-janji itupun tergantung dari kondisi dan situasi. Dalam keadaan yang lemah Sovyet terpaksa mengembalikan beberapa hak kaum Muslimin yang dirampok Tsar. Pada tanggal 19 Januari 1918 pemerintah Sovyet mendirikan kommisariat Urusan Islam yang diketuai Tatar untuk mengatur hubungan kekeluargaan kaum Muslimin. Juga pemerintah Sovyet pada saat yang bersamaan telah memberikan hadiah-hadiah yang bersifat simbolik untuk menunjukkan bukti keinginan bersahabat dengan kaum Muslimin. Umpamanya mereka telah menghadiahkan suatu salinan Al-Qur’an dari jaman Usman yang tersimpan dalam Perpustakaan Rakyat pemerintah Tsar pada pertemuan kaum Muslimin di Petrograd. Beberapa monemen-monemen dan tempat suci kaum Muslimin yang dirampas pemerintah Tsar dikembalikan lagi kepada kaum Muslimin di Asia Tengah, Crimea dan Kaukasus. Propaganda-propaganda ini dilakukan dengan segala upaya untuk memberi kesan kepada kaum Muslimin bahwa Revolusi Oktober dari kaum Bolshevik adalah rahmat Ilahi dan bahwa revolusi ini diridhoi Allah. Beribu-ribu ulama malah melakukan propaganda hebat bahwa kaum Bolshevik akan mendirikan negaranya diatas prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Sunnah. Banyak diantara kaum Muslimin yang tertipu berusaha membanding-bandingkan Nabi Muhammad dengan Lenin dan Al-Qur’an dengan tulisan-tulisan kaum komunis.
            Pada masa itu kaum komunis yakin bahwa kemenangannya tergantung dari bantuan kaum Muslimin yang merupakan potensi dahsyat ditinjau dari segi kwalitas maupun kwantitas. Demikian pula ketakutan mereka terhadap intervensi Eropa tidak mungkin dihadapi tanpa bantuan kaum Muslimin apalagi dengan memusahinja. Tambahan pula bantuan terhadap kaum Muslimin Rusia menarik ketangannya bantuan kekuatan Islam didunia.
C.      Penindasan terhadap kaum Muslimin dan agama Islam.
            Bujukan kaum Bolshevik terhadap kaum Muslimin sesuai dengan semangat Desember 1917 itu dengan propaganda-propaganda Sovyet yang lain, menyebabkan kaum Muslimin yang sangat taat kepada janji-janji sebagaimana dijanjikan oleh Al-Qur’an mengulurkan tangannya memberi bantuan dan menyambut janji-janji Sovyet dengan bersungguh-sungguh. Tiba-tiba kenyataannya menjadi lain, yang ditunjukkan dengan gejala-gejala penindasan di Bashkiria yang bertentangan dengan semangat Desember. Kemudian pada bulan Februari 1918, pemerintah Turkestan dilemburkan dengan penempatanlaskar-laskar merah dan pemerintahan-pemerintahan lain yang disusun diantara revolusi Februari dan Oktober itu ditindas dengan kekerasan atas tuduhan nasional burjuis. Meskipun pemerintahan-pemerintahan baru yang ditindas itu dipimpin oleh kaum intelektual namun mereka juga adalah kaum Muslimin yang beragama yang tak terpisahkan dengan ulama-ulama.
            Serangan-serangan dahsyat dilakukan terhadap agama Islam, kaum Muslimin dan kebudayaan Islam. Serangan ini dilakukan berupa penyerangan ideologis dan penindasan terhadap kaum ulama, kiai-kiai yaitu mula-mula yang dikatakan menjadi tulang punggung gerakan burjuis nasional. Kemudian, pada tahun 1920 baru inti kekuatan kaum Muslim Sovyet, yaitu Turkestan dikuasai. Dengan bantuan tentara merah kekuasaan Sovyet didirikan di Turkestan. Didalam kongres partai komunis Sovyet ke-10 diumumkan bahwa 800.000 kaum Muslimin lenyap diantara penyerbuan Sovyet dan tahun 1921. Ribuan ulama dibunuh, masjid-masjid dimusnahkan dan perpustakan-perpustakan Muslim yang besar yang tak ternilai seperti perpustakaan Muslim Chaghatai di Nukhara dibakar oleh tentara merah.
            Kaum komunis mendesak Muslimin untuk memilih satu dari dua, jadi komunis dan meninggalkan agama, atau menjadi Muslim dan ditembak mati. Pemberontakan Bamachi yang hendak menyelamatkan Islam diperangi selama 13 tahun dari tahun 1921 sampai 1934. Mereka menembak mati dengan kebengisan tanpa moral tiap pemberontak yang tertangkap dan merajuni sumur-sumur seperti diceritakan oleh Ginsburg. Pada tahun 1931 pahlawan yang gagah berani yang dicintai rakyat, Ibrahim Beg, tertangkap dan dibunuh. Gerombolan-gerombolan pahlawan-pahlawan Muslim timbul dimana-mana melawan kekejaman-kekejaman terhadap rakyat yang beragama Islam oleh tentara-tentara merah yang kejam.
            Tetapi pada umumnya kaum Bolshevik telah melakukan penaklukan kembali secara kejam yang tak terlukiskan dan penuh bergelinang daah lebih dahsyat dari kekejaman Tsar.
D.      Pemberantasan Islam sesudah Revolusi Bolshevik
            Setelah kaum komunis mendapatkan kekuasaan dan membetulkan duduknya maka mulailah ia merencanakan dan memberantas Islam melalui suatu program yang sangat rapih. Usaha-usaha untuk memberantas Islam yang dijalankan kaum imperialis melalui program-program yang terperinci dilanjutkan oleh kaum komunis. Rencana merebut dunia islam yang misalnya dikemukakan oleh orientalis Barat  berulang lagi di Rusia. Merka mulai menginsyafi bahwa Islam bukanlah merupakan kesatuan agama melulu sebagaimana pengertian orang Barat mengenai agama, tetapi juga merupakan kesatuan sosial, kesatuan politik, kesatuan hukum yang dibalut menjadi satu dalam konsepsi keesaan Tuhan yang mengatur tiap detik kehidupan Muslim, dan setiap Muslim hanya bergerak melalui tangan satu dirigen yaitu Islam. Islam bukan pula hanya menggantungkan dirinya pada masjid dan gedung-gedung, tetapi Islam itu bersemayam dan berurat berakar didalam hati rakyat sehingga memberantas Islam tidak cukup dengan menutup masjid-masjid dan bangunan-bangunan Islam yang lain. Dan disamping itu pula mereka melihat bahwa meskipun Islam tidak mengenal sistem organisasi kependetaan, namun  masyarakat Islam merupakan kesatuan yang kukuh, diikat oleh rantai baja ukhuwah Islamiyah sehingga mereka terpaksa memecahkan masalah kaum Muslimin ini secara keseluruhan. Alim ‘ulama, imam-imam dan mullah-mullah adalah ahli-ahli hukum, hakim-hakim, guru-guru, sarjana-sarjana, pemimpin politik maupun pemimpin-pemimpin militer.
            Oleh karena itu setelah kaum komunis berkuasa, rencana panjang menjagal Islam dilakukan. Ada empat cara penting mengubur Islam di Sovyet: 1. Cara administratif; 2. Dengan dominasi kebudayaan; 3. Ekonomi; 4. Anti agama secara perse.

1.      Divide et impera.
Disamping Islam sebagai tenaga yang menjatuhkan kaum Muslimin di Tukestan (Asia Tengah), Kaukasus Utara dan Timur, Volga Tengah dan daerah-daerah Eropa Rusia, mereka umumnya mempunyai kebudayaan, tradisi sejarah, bahkan bahasa yang sama yaitu bahasa Turki kecuali kaum Tajik yang berbahasa Parsi.
Untuk mencegah adanya suatu kesatuan front oleh kaum Muslimin, pemerinta Rusia memecah belah kaum Muslimin dalam otonom-otonom. Di Turkestan misalnya yang berpenghuni kaum Muslim Turki, pemerintah komunis mendirikan lima buah republik Sosialis Sovyet yaitu Kazankhstan dengan ibukota Almaata, Uzbekistan dengan ibu kota Tashkent, Kirgizia dengan ibukota Frunze, Tadjikistan dengan ibukota Stalinabad dan Turkmenistan dengan ibukota Ashkabad; yang sebuah lagi di Kaukasusyaitu Azerbaijan dengan ibukota Baku. Keenam bagian ini berkedudukan republik federasi Uni Sovyet.
Meskipun Uni Sovyet membanggakan dirinya sebagai Negara Multi Nasional yang meliputi 169 nasionalitas tetapi kenyataannya USSR bukanlah merupakan Negara Federal tetapi Negara Kesatuan. Pemecahbelah umat Islam kedalam negara-negara yang berotonom bukanlah untuk memberi kesempatan membentuk berkesatuan-kesatuan politik tetapi untuk menghindarkan pembentukan shaf kaum Muslimin yang kukuh dan juga untuk memudahkan pencekokan ideologi komunis melalui indoktrinasi secara paksa.
Dengan demikian maka kaum Muslimin Uni Sovyet, setelah dipecah belah dan dijajah, ditindas dan dihisap, tidaklah dapat melakukan ibadahnya kepada Allah lagi dalam arti kata seluas-luasnya tetapi harus beribadat kepada Abu Djahal di Kremlin.
Disamping pemecahbelah yang dilakukan bersama dengan otonomi- otonomi kayali, kaum komunis Sovyet melakukan para pemberantasan tanpa belaskasih terhadap kaum Muslimin. Pada tahun 1943 dan 1944, bangsa kaum Muslimin yaitu bangsa Chachen, Ingushi yang berdiam disebelah Utara Kaukasus dan tatar Krimea telah diasingkan ke Seberia. Dua republik mereka yaitu Republik Chechen Ingush dan Republik Tatar Krimea dimusnahkan dengan tuduhan bekerja sama dengan orang Jerman pada perang dunia kedua; beribu-ribu dibunuh secara kejam dan sisanya disebarkan keseluruh Siberia. Dua bangsa beragama Islam yang lain yaitu Balkar dan Karachi yang berjumlah 190.000 menurut sensus 1939 telah mengalami nasib yang sama.

2.      Penindasan melalui kebudayaan.
Penindasan kebudayaan dilakukan dalam beberapa aspek. Pertama dengan
menghilangkan lingua franca, bahasa antar kaum Muslimin. Kedua dengan merobah tulisan tangan dengan tulisan Rusia Cyrillik dan latin. Ketiga mengadakan Russifikasi dalam perbendaharaan kata-kata bahasa kaum Muslimin. Keempat ada;ah pemalsuan penulisan sejarah.
           Pada hakekatnya penindasan kebudayaan ini dilakukan dengan dua tujuan yaitu menghancurkan dan membangun, menghancurkan kebudayaan Muslim, sambil membangun kebudayaan komunis yang anti religi.
Tulisan tangan memagang peranan  penting dalam agama. Skrip Turki, Parsi dan Arab yang dipergunakan kaum Muslimin telah diganti dengan Skrip Cyrillik. Tulisan Arab misalnya, sebelum revolusi dipakai di Azerbaijan, Kirgiz, Kazakh, Turkman, Tajik, Tatar, Bakhir, Degestan dan lain-lain, darah yang merupakan ucapan budaya dalam bahasa Turki dan Parsi. Tulisan Arab dituduh sebagai senjata alim ulama untuk memperbudak masyarakat.
Sovinisme Sovyet dapat pula dilihat dari lapanagan historiografi. Mereka merobah penulisan sejarah untuk mempertahankandominasinya terhadap kaum Muslimin. Kaum Muslimin yang melawan penindasan Tsar mula-mula dianggap progressif tetapi kemudian dianggap reaksioner. Sebaliknya penindasan Tsar terhadap gerakan-gerakan mempertahankan diri kaum Muslimin dianggap progressif dengan alasan bahwa Tsar hendak menjatuhkan nasionalitas Muslim kedalam suatu Negara Agung Rusia. Penulisan kembali sejarah ini merupakan tabir asap untuk menutupi penindasan terhadap negara-negara jajahannya itu. Penggabungan saerah Muslim bukan Rusia oleh Tsar mula-mula digambarkan oelh penulis sejarah sebagai suatu kejahatan mutlak misalnya oleh ahli sejarah Sovyet  Pokrovsky tahun 1937. Pada bulan November Partai Komunis Islam Rusia diobah jadi Central Bureau Organisasi Muslim dari P.K.U.S. yang dibentuk di Tatar dan Bashkiria. Di Bashkiria maka partai Bashrevkom dibawah pimpinan Validov ini berkelahi dengan Partai Komunis Sovyet. Pengganti Vakhitov di Tatar sebagai penasehat Stalin untuk masalah Islam adalah seorang pemimpin Muslim Komunis Mirza Sultan Galiev. Ia mempunyai cara berpikir sendiri sebagai seorang Muslim. Ia menghendaki perhatian partai Komunis terhadap Asia terutama negara-negara Islam seperti Turki, Persia, Afganistan, dan India.

3.      Penindasan melalui penghisapan ekonomi.
Dalam pidato Krushchov pada kongres P.K.U.S. yang ke-21 bulan februari 1959 dikatakan bahwa sistem komunis tidak sengaja membawa kemajuan ekonomi untuk daerah kaum Muslimin yang ditindas oleh Tsar Rusia tetapi juga membawa kemerdekaan nasional. Sekali lagi pidato Krushchow menunjukkan kebohongan rangkap. Penyelidikan memperlihatkan bahwa penyatuan politik komunis dan sistem ekonominya adalah suatu imperialisme gaya baru dalam negara multi-nasional. Perkembangan ekonomi didaerah Muslim ini tidak dapat disangkal, tetapi kaum komunis menindas bukan hanya hak ekonomi mereka tetapi juga hak politik dan administrasinya. Kekayaan disedot oleh pemerintah pusatnya, dan tidak sedikitpun dirasakan kaum Muslimin didaerah tersebut. Kesatuan ekonomi sebagai dasar masyarakat sosialis merupakan politik ekonomi pemerintah pusat Sovyet, terhadap republik-republik Islam Asia Tengah, Tataria, Bashkiria dan Kaukasus. Daerah Islam maupun kekayaannya dianggap barang kepunyaan umum. Rencana negara yang berpusat dengan satu politik pembiayaan, distribusi produksi yang berpusat mempermudah penyedotan bahan baku terhadap kaum Muslimin. Keuntungan dari hasil industri diangkut kepusat. Sistem penanaman modal dalam industrialisasi ini tentunya merupakan alat eksploitasi yang sangat menjijikkan bagi rakyat kaum Muslimin.
Disamping dominasi dalam administrasi ekonomi, dilakukan pula diskriminasi dalam pendidikan. Pendidikan di republik-republik ini tidaklah bebas tapi ditentukan dan direncanakan oleh penguasa-penguasa komunis. Politik pendidikan Marxis seperti ini memudahkan pencekokan ideologi-ideologi komunis kepada pemuda-pemuda Muslim.
Partai kommuis tidak hanya bermaksud mengisap tanah kaumMuslimin tetapi juga hendak mengadakan Russifikasi dan menjepitkan ruang gerak kaum Muslimin menjadi minoritas dalam negerinya sendiri. Kaum komunis Rusia yang berjumlah 117.5 juta telah menguasai seluruh Rusia yang berpenduduk 208.8 juta (menurut sensus 1959), bukan hanya melalui dominasi tetapi juga dengan penyebarannya keseluruhan daerah Sovyet. Departemen Pertanian Pemerintah Tsar telah membuat program kolonisasi terhadap Turkestan sebagaimana direncanakan melalui program Pangeran Mosalsky yang terkenal. Pemerintah Sovyet sebenarnya hanya melanjutkan program ini dengan kata-kata lebih muluk melalui kata-kata Krushchov mengenai pembangunan komunisme dan perkembangan ekonomi dari negeri-negeri yang dahulunya tertindas.
4.      Penyerangan terhadap agama.
Penyerangan terhadap agama berdasarkan pernyataan marx bahwa agama adalah candu masyarakat dan ucapan Lenin bahwa semua agama dan organisasi agama sebagai alat burjuis untuk menindas kelas buruh. Tetapi sebagaimana diketahui Islam adalah suatu tata hidup, suatu agama hukum, sehingga menyerang Islam haruslah menyerang seluruh tatahidup Muslim. Meskipun sikap terhadap agama adalah sama tetapi penyerangan terhadap agama-agama tidak sama kuatnya. Misalnya Gereja Orthodoks dihidupkan lagi sesudah perang dunia kedua dan selanjutnya diperalat oleh negara sebagai lambang perdamaian dan lambang kebangsaan karena  Gereja Orthodoks adalah agama tradisionil Rusia. Dan agama-agama lain terlebih Islam sebagai agama luar mengalami nasib yang sangat buruk. memberantas Islam berarti memberantas seluruh sistem sosail Islam, sepeti akhlak, kebiasaan, hukum-hukum ,alah gerak hidupnya. Kongres Partai ke-12 tahun 1923 telah menyatakan bahwa berdasarkan alasan-alasan sosial dan historis pengaruh Islam di Rusia lebih bahaya dari Geraja Orthodoks. Kongres ke-13 tahun 1924 menganggap suatu keharusan melakukan perjuangan terhadap agama melalui alat-alat administrasi, termasuk penutupan masjid-masjid, rumah-rumah sembahyang dan lain-lainnya.
Setelah perang sipin dan penindasan terhadap gerakan-gerarkan kemerdekaan kaumMuslimin maka sikap komunis terhadap Islam agak hati-hati. Meskipun ada pemisahan mutlak antara agama dan pemerintahan dan sikap yang memusuhi agama dari ajaran komunisme namun di Republik Rakyat Sosialis Bukhar (Uzbekistan) dalam konstitusi tahun 1922 artikel 7 memberikan kebebsan beribadat: Dengan  tujuan untuk menjamin semua penduduk kemerdekaan rohani sempurna, maka hak kebebasan beribadat dalam agama yang dipilihnya diakui untuk semua penduduk. Demikian pula di Republik Rakyat Sosialis Khorezm (sekarang Turkmen SSR) dijamin haknya untuk beribadat pada tahun 1922, konstitusi artikel 9; tiap orang diberikan kebebasan untuk memenuhi dan menjalankan kewajiban agamanya dengan tidak melanggar hak-hak orang lain. Menurut dekrit tanggal 28 Desember 1922 tanah wakaf boleh dipergunakan untuk badan-badan pendidikan. Direpublik islam kaum ulama tidak boleh dicalonkan dalam pemilihan kecuali melalui dekrit khusus. Misalnya di republik Turkmenia (pada waktu itu bernama Republik Rakyat Sosialis Khorezin) tersebut dalam konstirusi artikel 64: semua anggota perkumpulan agama yang tidak disukai oleh Sovyet tidak mempunyai hak untuk memilih ataupun dipilih.
 Tindakan hati-hati ini dilakukan bersama-sama dengan penutupan masjid-masjid pada masa perang sipil yang dipelopori oleh Komsomol (Perkumpulan Pemuda Komunis) dengan bantuan partai. Masjid-masjid dijadikan sekolah-sekolah, perpustakaan, klub-klub dan lain-lain. Penutupan masjid-masjid dilakukan terus-menerus. Masjid-masjid dinamakan sarang-sarang burung hantu, alat pemati serangga, rumah-rumah tak berguna dan lain-lain. Banyak masjid dirombak dan dijadikan bioskop-bioskop, gedung-gedung kesenian. Publikasi-publikasi kaum buruh dalam menyaksikan penutupan masjid-masjid menyatakan, kita tidak butuh Allah, dan tidak butuh rumah-rumahnya. Kita harus memusnahkan semua masjid dan bangunan sekolah dan klub-klub ditempat mereka (Komunis, 13 Februari 1929). Peringatan-perinagatn kaum Muslimin, misalnya S.M. Efemdiev, ketua Komite Eksekutif Pusat Azerbaijan yang menyalahkan tindakan Komisaris Pendidiakn M. Kuliev menutup masjid-masjid tidaklah dihiraukan. Malah penutupan masjidnanti berakhir pada Perang Dunia Kedua karena politik memperalat kaum Muslimin untuk peperangan. Dengan demikian jumlah masjid sebelum perang dunia pertama sekurang-kurangnya 35.000 buah.  Ahli Statistik Monteil mengatakan bahwa pada tahun 1938 semua masjid di Kirgizia ditutup kecuali sebuah ditinggalkan. Pada perang dunia kedua Sovyet mengumumkan bahwa jumlah masjid di Sovyet tinggal 1.312 buah. Yang lainnya telah dimusnahkan. Undang-undang kemudian membolehkan propaganda anti-agama.


PENUTUP
Jika mendasarkan pendangan kita pada sektor apa yang ingin direbut si imperialis, maka kita akan mendapatkan pembagian macam imperialisme yang lain, yaitu:
  1. Imperialisme politik. Si imperialis hendak mengusai segala-galnya dari suatu negara lain. Negara yang direbutnya itu merupakan jajahan dalam arti yang sesungguhnya. Bentuk imperialisme politik ini tidak umum ditemui di zaman modern karena pada zaman modern paham nasionalisme sudah berkembang. Imperialisme politik ini biasanya bersembunyi dalam bentuk protectorate dan mandate.
  2. Imperialisme Ekonomi. Si imperialis hendak menguasai hanya ekonominya saja dari suatu negara lain. Jika sesuatu negara tidak mungkin dapat dikuasai dengan jalan imperialisme politik, maka negara itu masih dapat dikuasai juga jika ekonomi negara itu dapat dikuasai si imperialis. Imperialisme ekonomi inilah yang sekarang sangat disukai oleh negara-negara imperialis untuk menggantikan imperialisme politik.
  3. Imperialisme Kebudayaan. Si imperialis hendak menguasai jiwa (de geest, the mind) dari suatu negara lain. Dalam kebudayaan terletak jiwa dari suatu bangsa. Jika kebudayaannya dapat diubah, berubahlah jiwa dari bangsa itu. Si imperialis hendak melenyapkan kebudayaan dari suatu bangsa dan menggantikannya dengan kebudayaan si imperialis, hingga jiwa bangsa jajahan itu menjadi sama atau menjadi satu dengan jiwa si penjajah. Menguasai jiwa suatu bangsa berarti mengusai segala-galnya dari bangsa itu. Imperialisme kebudayaan ini adalah imperialisme yang sangat berbahaya, karena masuknya gampang, tidak terasa oleh yang akan dijajah dan jika berhasil sukar sekali bangsa yang dijajah dapat membebaskan diri kembali, bahkan mungkin tidak sanggup lagi membebaskan diri.
  4. Imperialisme Militer (Military Imperialism). Si imperialis hendak menguasai kedudukan militer dari suatu negara. Ini dijalankan untuk menjamin keselamatan si imperialis untuk kepentingan agresif atau ekonomi. Tidak perlu seluruh negara diduduki sebagai jajahan, cukup jika tempat-tempat yang strategis dari suatu negara berarti menguasai pula seluruh negara dengan ancaman militer.

DAFTAR PUSTAKA
O. Hashem, Menaklukkan Dunia Islam, Surabaya: 1968.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar