PENDAHULUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, imperialisme adalah sistem
politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk mendapatkan kekuasaan dan
keuntungan yang lebih besar. Penjajahan pada hakikatnya adalah penguasaan
(dominasi) politik, militer, kultur dan ekonomi terhadap bangsa-bangsa yang
terjajah untuk dieksploitasi.
Lazimnya
imperialisme dibagi menjadi dua:
1.
Imperialisme
Kuno (Ancient Imperialism). Inti dari imperialisme kuno adalah semboyan gold,
gospel, and glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Suatu negara
merebut negara lain untuk menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan menambah
kejayaannya. Imperialisme ini berlangsung sebelum revolusi industri dan
dipelopori oleh Spanyol dan Portugal.
2.
Imperialisme
Modern (Modern Imperialism). Inti dari imperialisme modern ialah
kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul sesudah revolusi
industri. Industri besar-besaran (akibat
revolusi industri) membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas.
Mereka mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi
hasil-hasil industri, kemudian juga sebgai tempat penanaman modal bagi kapital surplus.
PEMBAHASAN
A.
Gerakan kaum Muslimin melawan Czar pada tahun 1917
Perang dunia pertama (1914-1918) tidak saja mempersiapkan Lenin
mengadakan revolusi Februari dan revolusi Oktober 1917 tetapi juga kaum
Muslimin mulai bangkit memperjuangkan keadilan dan kebenaran menuntut
kemerdekaan.
Pada tanggal 1 Mei 1917 telah
diadakan Kongres Muslimin seluruh Rusia di Moscow menuntut suatu otonomi
nasional. Dengan suara 446 lawan271 kongres menuntut suatu uni federal dengan
Rusia dan menuntut suatu otonomi politis dan kulturil untuk tiap bangsa. Kongres kedua yang diadakan pada tanggal 21
Juli tahun 1917 di Kazan menguatkan keputusan kongres pertama. Suatu Perwakilan
Rakyat nasional yang diadakan di Ufa pada tanggal 20 November 1917 memutuskan
pembentukan kementrian-kementrian agama, pendidikan dam keuangan dan meletakkan
pemerintahan otonom Tatar pertama di Volga Tengah. Kaum Tatar Crimea yang pada
tanggal 5 Mei 1917 telah mengadakan pertemuan di Simferopol dengan pernyataan
otonomi kulturil dari Krimea, telah memutuskan semua hubungan dengan Rusia pada
tanggal 26 Desember 1917 tatkala parlemen Tatar mengesahkan suatu konstitusi
pendirian suatu republik demokrasi Krimea.
Turkestan telah menunjukkan
keinginannya untuk merdeka disebabkan ketidaksamaan etnis, historis, agama
ataupun ideologis dengan Rusia dizaman Tzar maupun Bolshevik. Pada tanggal 9
Desember 1917 suatu kongres Muslim telah diadakan di Khokhand dan menuntut
otonomi Turkestan (Selatan) dengan kerangka republik federal demokratik Rusia.
Diantara tanggal 18 dan 26 Desember 1917 suatu kongres kaum Kazakh diadakan di
Orenburg dan mengadakan suatu konsil Nasional dengan nama tradisionil
olash-Orda yang memproklamasikan otonomi negeri Kasakh, mengangkat suatu
kabinet yang bekerjasama secara erat dengan pemerintah Turkestan. Kongres
Orenburg juga mengemukakan program yang
menyatakan bahwa Rusia harus menjadi republik federal demikrat dengan
Kazakhetan sebagai suatu kesatuan otonom. Kira-kira pada waktu yang sama telah
diadakan suatu kongres bashkir di Odenburg juga yang menuntu suatu otonomi
untuk Bashkir. Demikian juga negara-negara kecil seperti Volga Basin, Mari,
Votyaks, Chuvashes mengadakan kongres musim panas tahun 1917 menyampaikan
tuntutan yang sama. Dan kongres kaum Muslimin kaukasus Utara telah diadakan
pula di Vladikavkaz dalam bulan Mei dan September.
B.
Permintaan kaum komunis kepada kaum Muslimin.
Dalam perlawanan terhadap Tzar, kaum
Bolshevik memperalat kaum Muslimin sebagai lawan yang kuat. Demikian pula
sesudah revolusi Oktober saat mana kaum Bolshevik masih terlalu lemah.
Pernyataan yang ditandatangani oleh Lenin tertanggal 5 Desember 1917.
Pendekatan ini disebabkan
semata-mata karena kelemahan komunis yang baru tumbuh menjadi suatu kekuatan
ditengah kungkungan burjuis, janji kaum komunis pada bula Desember hanyalah
suatu taktik semata-mata dan pemenuhan janji-janji itupun tergantung dari
kondisi dan situasi. Dalam keadaan yang lemah Sovyet terpaksa mengembalikan
beberapa hak kaum Muslimin yang dirampok Tsar. Pada tanggal 19 Januari 1918 pemerintah
Sovyet mendirikan kommisariat Urusan Islam yang diketuai Tatar untuk mengatur
hubungan kekeluargaan kaum Muslimin. Juga pemerintah Sovyet pada saat yang
bersamaan telah memberikan hadiah-hadiah yang bersifat simbolik untuk
menunjukkan bukti keinginan bersahabat dengan kaum Muslimin. Umpamanya mereka
telah menghadiahkan suatu salinan Al-Qur’an dari jaman Usman yang tersimpan
dalam Perpustakaan Rakyat pemerintah Tsar pada pertemuan kaum Muslimin di
Petrograd. Beberapa monemen-monemen dan tempat suci kaum Muslimin yang dirampas
pemerintah Tsar dikembalikan lagi kepada kaum Muslimin di Asia Tengah, Crimea
dan Kaukasus. Propaganda-propaganda ini dilakukan dengan segala upaya untuk
memberi kesan kepada kaum Muslimin bahwa Revolusi Oktober dari kaum Bolshevik
adalah rahmat Ilahi dan bahwa revolusi ini diridhoi Allah. Beribu-ribu ulama
malah melakukan propaganda hebat bahwa kaum Bolshevik akan mendirikan negaranya
diatas prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Sunnah. Banyak diantara kaum Muslimin yang
tertipu berusaha membanding-bandingkan Nabi Muhammad dengan Lenin dan Al-Qur’an
dengan tulisan-tulisan kaum komunis.
Pada masa itu kaum komunis yakin
bahwa kemenangannya tergantung dari bantuan kaum Muslimin yang merupakan
potensi dahsyat ditinjau dari segi kwalitas maupun kwantitas. Demikian pula
ketakutan mereka terhadap intervensi Eropa tidak mungkin dihadapi tanpa bantuan
kaum Muslimin apalagi dengan memusahinja. Tambahan pula bantuan terhadap kaum
Muslimin Rusia menarik ketangannya bantuan kekuatan Islam didunia.
C.
Penindasan terhadap kaum Muslimin dan agama Islam.
Bujukan kaum Bolshevik terhadap kaum
Muslimin sesuai dengan semangat Desember 1917 itu dengan propaganda-propaganda
Sovyet yang lain, menyebabkan kaum Muslimin yang sangat taat kepada janji-janji
sebagaimana dijanjikan oleh Al-Qur’an mengulurkan tangannya memberi bantuan dan
menyambut janji-janji Sovyet dengan bersungguh-sungguh. Tiba-tiba kenyataannya
menjadi lain, yang ditunjukkan dengan gejala-gejala penindasan di Bashkiria
yang bertentangan dengan semangat Desember. Kemudian pada bulan Februari 1918,
pemerintah Turkestan dilemburkan dengan penempatanlaskar-laskar merah dan
pemerintahan-pemerintahan lain yang disusun diantara revolusi Februari dan
Oktober itu ditindas dengan kekerasan atas tuduhan nasional burjuis. Meskipun
pemerintahan-pemerintahan baru yang ditindas itu dipimpin oleh kaum intelektual
namun mereka juga adalah kaum Muslimin yang beragama yang tak terpisahkan
dengan ulama-ulama.
Serangan-serangan dahsyat dilakukan
terhadap agama Islam, kaum Muslimin dan kebudayaan Islam. Serangan ini
dilakukan berupa penyerangan ideologis dan penindasan terhadap kaum ulama,
kiai-kiai yaitu mula-mula yang dikatakan menjadi tulang punggung gerakan
burjuis nasional. Kemudian, pada tahun 1920 baru inti kekuatan kaum Muslim
Sovyet, yaitu Turkestan dikuasai. Dengan bantuan tentara merah kekuasaan Sovyet
didirikan di Turkestan. Didalam kongres partai komunis Sovyet ke-10 diumumkan
bahwa 800.000 kaum Muslimin lenyap diantara penyerbuan Sovyet dan tahun 1921.
Ribuan ulama dibunuh, masjid-masjid dimusnahkan dan perpustakan-perpustakan
Muslim yang besar yang tak ternilai seperti perpustakaan Muslim Chaghatai di
Nukhara dibakar oleh tentara merah.
Kaum komunis mendesak Muslimin untuk
memilih satu dari dua, jadi komunis dan meninggalkan agama, atau menjadi Muslim
dan ditembak mati. Pemberontakan Bamachi yang hendak menyelamatkan Islam
diperangi selama 13 tahun dari tahun 1921 sampai 1934. Mereka menembak mati
dengan kebengisan tanpa moral tiap pemberontak yang tertangkap dan merajuni
sumur-sumur seperti diceritakan oleh Ginsburg. Pada tahun 1931 pahlawan yang gagah
berani yang dicintai rakyat, Ibrahim Beg, tertangkap dan dibunuh.
Gerombolan-gerombolan pahlawan-pahlawan Muslim timbul dimana-mana melawan kekejaman-kekejaman
terhadap rakyat yang beragama Islam oleh tentara-tentara merah yang kejam.
Tetapi pada umumnya kaum Bolshevik
telah melakukan penaklukan kembali secara kejam yang tak terlukiskan dan penuh
bergelinang daah lebih dahsyat dari kekejaman Tsar.
D.
Pemberantasan Islam sesudah Revolusi Bolshevik
Setelah kaum komunis mendapatkan
kekuasaan dan membetulkan duduknya maka mulailah ia merencanakan dan
memberantas Islam melalui suatu program yang sangat rapih. Usaha-usaha untuk
memberantas Islam yang dijalankan kaum imperialis melalui program-program yang
terperinci dilanjutkan oleh kaum komunis. Rencana merebut dunia islam yang
misalnya dikemukakan oleh orientalis Barat
berulang lagi di Rusia. Merka mulai menginsyafi bahwa Islam bukanlah
merupakan kesatuan agama melulu sebagaimana pengertian orang Barat mengenai
agama, tetapi juga merupakan kesatuan sosial, kesatuan politik, kesatuan hukum
yang dibalut menjadi satu dalam konsepsi keesaan Tuhan yang mengatur tiap detik
kehidupan Muslim, dan setiap Muslim hanya bergerak melalui tangan satu dirigen
yaitu Islam. Islam bukan pula hanya menggantungkan dirinya pada masjid dan
gedung-gedung, tetapi Islam itu bersemayam dan berurat berakar didalam hati
rakyat sehingga memberantas Islam tidak cukup dengan menutup masjid-masjid dan
bangunan-bangunan Islam yang lain. Dan disamping itu pula mereka melihat bahwa
meskipun Islam tidak mengenal sistem organisasi kependetaan, namun masyarakat Islam merupakan kesatuan yang
kukuh, diikat oleh rantai baja ukhuwah Islamiyah sehingga mereka terpaksa
memecahkan masalah kaum Muslimin ini secara keseluruhan. Alim ‘ulama, imam-imam
dan mullah-mullah adalah ahli-ahli hukum, hakim-hakim, guru-guru,
sarjana-sarjana, pemimpin politik maupun pemimpin-pemimpin militer.
Oleh karena itu setelah kaum komunis
berkuasa, rencana panjang menjagal Islam dilakukan. Ada empat cara penting
mengubur Islam di Sovyet: 1. Cara administratif; 2. Dengan dominasi kebudayaan;
3. Ekonomi; 4. Anti agama secara perse.
1.
Divide et impera.
Disamping Islam
sebagai tenaga yang menjatuhkan kaum Muslimin di Tukestan (Asia Tengah), Kaukasus
Utara dan Timur, Volga Tengah dan daerah-daerah Eropa Rusia, mereka umumnya
mempunyai kebudayaan, tradisi sejarah, bahkan bahasa yang sama yaitu bahasa
Turki kecuali kaum Tajik yang berbahasa Parsi.
Untuk mencegah
adanya suatu kesatuan front oleh kaum Muslimin, pemerinta Rusia memecah belah
kaum Muslimin dalam otonom-otonom. Di Turkestan misalnya yang berpenghuni kaum
Muslim Turki, pemerintah komunis mendirikan lima buah republik Sosialis Sovyet
yaitu Kazankhstan dengan ibukota Almaata, Uzbekistan dengan ibu kota Tashkent,
Kirgizia dengan ibukota Frunze, Tadjikistan dengan ibukota Stalinabad dan
Turkmenistan dengan ibukota Ashkabad; yang sebuah lagi di Kaukasusyaitu
Azerbaijan dengan ibukota Baku. Keenam bagian ini berkedudukan republik
federasi Uni Sovyet.
Meskipun Uni
Sovyet membanggakan dirinya sebagai Negara Multi Nasional yang meliputi 169
nasionalitas tetapi kenyataannya USSR bukanlah merupakan Negara Federal tetapi
Negara Kesatuan. Pemecahbelah umat Islam kedalam negara-negara yang berotonom
bukanlah untuk memberi kesempatan membentuk berkesatuan-kesatuan politik tetapi
untuk menghindarkan pembentukan shaf kaum Muslimin yang kukuh dan juga untuk memudahkan
pencekokan ideologi komunis melalui indoktrinasi secara paksa.
Dengan demikian
maka kaum Muslimin Uni Sovyet, setelah dipecah belah dan dijajah, ditindas dan
dihisap, tidaklah dapat melakukan ibadahnya kepada Allah lagi dalam arti kata seluas-luasnya
tetapi harus beribadat kepada Abu Djahal di Kremlin.
Disamping
pemecahbelah yang dilakukan bersama dengan otonomi- otonomi kayali, kaum komunis
Sovyet melakukan para pemberantasan tanpa belaskasih terhadap kaum Muslimin.
Pada tahun 1943 dan 1944, bangsa kaum Muslimin yaitu bangsa Chachen, Ingushi
yang berdiam disebelah Utara Kaukasus dan tatar Krimea telah diasingkan ke
Seberia. Dua republik mereka yaitu Republik Chechen Ingush dan Republik Tatar
Krimea dimusnahkan dengan tuduhan bekerja sama dengan orang Jerman pada perang
dunia kedua; beribu-ribu dibunuh secara kejam dan sisanya disebarkan keseluruh
Siberia. Dua bangsa beragama Islam yang lain yaitu Balkar dan Karachi yang
berjumlah 190.000 menurut sensus 1939 telah mengalami nasib yang sama.
2.
Penindasan melalui kebudayaan.
Penindasan kebudayaan dilakukan dalam beberapa aspek. Pertama
dengan
menghilangkan
lingua franca, bahasa antar kaum Muslimin. Kedua dengan merobah tulisan tangan
dengan tulisan Rusia Cyrillik dan latin. Ketiga mengadakan Russifikasi dalam
perbendaharaan kata-kata bahasa kaum Muslimin. Keempat ada;ah pemalsuan
penulisan sejarah.
Pada hakekatnya penindasan kebudayaan
ini dilakukan dengan dua tujuan yaitu menghancurkan dan membangun,
menghancurkan kebudayaan Muslim, sambil membangun kebudayaan komunis yang anti
religi.
Tulisan
tangan memagang peranan penting dalam
agama. Skrip Turki, Parsi dan Arab yang dipergunakan kaum Muslimin telah
diganti dengan Skrip Cyrillik. Tulisan Arab misalnya, sebelum revolusi dipakai
di Azerbaijan, Kirgiz, Kazakh, Turkman, Tajik, Tatar, Bakhir, Degestan dan
lain-lain, darah yang merupakan ucapan budaya dalam bahasa Turki dan Parsi.
Tulisan Arab dituduh sebagai senjata alim ulama untuk memperbudak masyarakat.
Sovinisme
Sovyet dapat pula dilihat dari lapanagan historiografi. Mereka merobah
penulisan sejarah untuk mempertahankandominasinya terhadap kaum Muslimin. Kaum
Muslimin yang melawan penindasan Tsar mula-mula dianggap progressif tetapi
kemudian dianggap reaksioner. Sebaliknya penindasan Tsar terhadap
gerakan-gerakan mempertahankan diri kaum Muslimin dianggap progressif dengan
alasan bahwa Tsar hendak menjatuhkan nasionalitas Muslim kedalam suatu Negara
Agung Rusia. Penulisan kembali sejarah ini merupakan tabir asap untuk menutupi
penindasan terhadap negara-negara jajahannya itu. Penggabungan saerah Muslim
bukan Rusia oleh Tsar mula-mula digambarkan oelh penulis sejarah sebagai suatu
kejahatan mutlak misalnya oleh ahli sejarah Sovyet Pokrovsky tahun 1937. Pada bulan November
Partai Komunis Islam Rusia diobah jadi Central Bureau Organisasi Muslim dari
P.K.U.S. yang dibentuk di Tatar dan Bashkiria. Di Bashkiria maka partai
Bashrevkom dibawah pimpinan Validov ini berkelahi dengan Partai Komunis Sovyet.
Pengganti Vakhitov di Tatar sebagai penasehat Stalin untuk masalah Islam adalah
seorang pemimpin Muslim Komunis Mirza Sultan Galiev. Ia mempunyai cara berpikir
sendiri sebagai seorang Muslim. Ia menghendaki perhatian partai Komunis
terhadap Asia terutama negara-negara Islam seperti Turki, Persia, Afganistan,
dan India.
3.
Penindasan melalui penghisapan ekonomi.
Dalam pidato Krushchov pada kongres P.K.U.S. yang ke-21 bulan
februari 1959 dikatakan bahwa sistem komunis tidak sengaja membawa kemajuan
ekonomi untuk daerah kaum Muslimin yang ditindas oleh Tsar Rusia tetapi juga
membawa kemerdekaan nasional. Sekali lagi pidato Krushchow menunjukkan
kebohongan rangkap. Penyelidikan memperlihatkan bahwa penyatuan politik komunis
dan sistem ekonominya adalah suatu imperialisme gaya baru dalam negara
multi-nasional. Perkembangan ekonomi didaerah Muslim ini tidak dapat disangkal,
tetapi kaum komunis menindas bukan hanya hak ekonomi mereka tetapi juga hak
politik dan administrasinya. Kekayaan disedot oleh pemerintah pusatnya, dan
tidak sedikitpun dirasakan kaum Muslimin didaerah tersebut. Kesatuan ekonomi
sebagai dasar masyarakat sosialis merupakan politik ekonomi pemerintah pusat
Sovyet, terhadap republik-republik Islam Asia Tengah, Tataria, Bashkiria dan
Kaukasus. Daerah Islam maupun kekayaannya dianggap barang kepunyaan umum.
Rencana negara yang berpusat dengan satu politik pembiayaan, distribusi
produksi yang berpusat mempermudah penyedotan bahan baku terhadap kaum
Muslimin. Keuntungan dari hasil industri diangkut kepusat. Sistem penanaman
modal dalam industrialisasi ini tentunya merupakan alat eksploitasi yang sangat
menjijikkan bagi rakyat kaum Muslimin.
Disamping dominasi dalam administrasi ekonomi, dilakukan pula
diskriminasi dalam pendidikan. Pendidikan di republik-republik ini tidaklah
bebas tapi ditentukan dan direncanakan oleh penguasa-penguasa komunis. Politik
pendidikan Marxis seperti ini memudahkan pencekokan ideologi-ideologi komunis
kepada pemuda-pemuda Muslim.
Partai kommuis tidak hanya bermaksud mengisap tanah kaumMuslimin
tetapi juga hendak mengadakan Russifikasi dan menjepitkan ruang gerak kaum
Muslimin menjadi minoritas dalam negerinya sendiri. Kaum komunis Rusia yang
berjumlah 117.5 juta telah menguasai seluruh Rusia yang berpenduduk 208.8 juta
(menurut sensus 1959), bukan hanya melalui dominasi tetapi juga dengan
penyebarannya keseluruhan daerah Sovyet. Departemen Pertanian Pemerintah Tsar
telah membuat program kolonisasi terhadap Turkestan sebagaimana direncanakan
melalui program Pangeran Mosalsky yang terkenal. Pemerintah Sovyet sebenarnya hanya
melanjutkan program ini dengan kata-kata lebih muluk melalui kata-kata
Krushchov mengenai pembangunan komunisme dan perkembangan ekonomi dari
negeri-negeri yang dahulunya tertindas.
4.
Penyerangan terhadap agama.
Penyerangan terhadap agama berdasarkan pernyataan marx bahwa agama
adalah candu masyarakat dan ucapan Lenin bahwa semua agama dan organisasi agama
sebagai alat burjuis untuk menindas kelas buruh. Tetapi sebagaimana diketahui
Islam adalah suatu tata hidup, suatu agama hukum, sehingga menyerang Islam
haruslah menyerang seluruh tatahidup Muslim. Meskipun sikap terhadap agama
adalah sama tetapi penyerangan terhadap agama-agama tidak sama kuatnya.
Misalnya Gereja Orthodoks dihidupkan lagi sesudah perang dunia kedua dan
selanjutnya diperalat oleh negara sebagai lambang perdamaian dan lambang
kebangsaan karena Gereja Orthodoks
adalah agama tradisionil Rusia. Dan agama-agama lain terlebih Islam sebagai
agama luar mengalami nasib yang sangat buruk. memberantas Islam berarti
memberantas seluruh sistem sosail Islam, sepeti akhlak, kebiasaan, hukum-hukum
,alah gerak hidupnya. Kongres Partai ke-12 tahun 1923 telah menyatakan bahwa berdasarkan
alasan-alasan sosial dan historis pengaruh Islam di Rusia lebih bahaya dari Geraja
Orthodoks. Kongres ke-13 tahun 1924 menganggap suatu keharusan melakukan
perjuangan terhadap agama melalui alat-alat administrasi, termasuk penutupan
masjid-masjid, rumah-rumah sembahyang dan lain-lainnya.
Setelah perang sipin dan penindasan terhadap gerakan-gerarkan
kemerdekaan kaumMuslimin maka sikap komunis terhadap Islam agak hati-hati.
Meskipun ada pemisahan mutlak antara agama dan pemerintahan dan sikap yang
memusuhi agama dari ajaran komunisme namun di Republik Rakyat Sosialis Bukhar
(Uzbekistan) dalam konstitusi tahun 1922 artikel 7 memberikan kebebsan
beribadat: Dengan tujuan untuk menjamin
semua penduduk kemerdekaan rohani sempurna, maka hak kebebasan beribadat dalam
agama yang dipilihnya diakui untuk semua penduduk. Demikian pula di Republik Rakyat
Sosialis Khorezm (sekarang Turkmen SSR) dijamin haknya untuk beribadat pada
tahun 1922, konstitusi artikel 9; tiap orang diberikan kebebasan untuk memenuhi
dan menjalankan kewajiban agamanya dengan tidak melanggar hak-hak orang lain.
Menurut dekrit tanggal 28 Desember 1922 tanah wakaf boleh dipergunakan untuk
badan-badan pendidikan. Direpublik islam kaum ulama tidak boleh dicalonkan
dalam pemilihan kecuali melalui dekrit khusus. Misalnya di republik Turkmenia
(pada waktu itu bernama Republik Rakyat Sosialis Khorezin) tersebut dalam
konstirusi artikel 64: semua anggota perkumpulan agama yang tidak disukai oleh
Sovyet tidak mempunyai hak untuk memilih ataupun dipilih.
Tindakan hati-hati ini
dilakukan bersama-sama dengan penutupan masjid-masjid pada masa perang sipil
yang dipelopori oleh Komsomol (Perkumpulan Pemuda Komunis) dengan bantuan
partai. Masjid-masjid dijadikan sekolah-sekolah, perpustakaan, klub-klub dan
lain-lain. Penutupan masjid-masjid dilakukan terus-menerus. Masjid-masjid
dinamakan sarang-sarang burung hantu, alat pemati serangga, rumah-rumah tak
berguna dan lain-lain. Banyak masjid dirombak dan dijadikan bioskop-bioskop,
gedung-gedung kesenian. Publikasi-publikasi kaum buruh dalam menyaksikan penutupan
masjid-masjid menyatakan, kita tidak butuh Allah, dan tidak butuh
rumah-rumahnya. Kita harus memusnahkan semua masjid dan bangunan sekolah dan
klub-klub ditempat mereka (Komunis, 13 Februari 1929). Peringatan-perinagatn
kaum Muslimin, misalnya S.M. Efemdiev, ketua Komite Eksekutif Pusat Azerbaijan
yang menyalahkan tindakan Komisaris Pendidiakn M. Kuliev menutup masjid-masjid
tidaklah dihiraukan. Malah penutupan masjidnanti berakhir pada Perang Dunia
Kedua karena politik memperalat kaum Muslimin untuk peperangan. Dengan demikian
jumlah masjid sebelum perang dunia pertama sekurang-kurangnya 35.000 buah. Ahli Statistik Monteil mengatakan bahwa pada
tahun 1938 semua masjid di Kirgizia ditutup kecuali sebuah ditinggalkan. Pada
perang dunia kedua Sovyet mengumumkan bahwa jumlah masjid di Sovyet tinggal
1.312 buah. Yang lainnya telah dimusnahkan. Undang-undang kemudian membolehkan
propaganda anti-agama.
PENUTUP
Jika
mendasarkan pendangan kita pada sektor apa yang ingin direbut si imperialis,
maka kita akan mendapatkan pembagian macam imperialisme yang lain, yaitu:
- Imperialisme politik. Si imperialis hendak mengusai segala-galnya dari suatu negara lain. Negara yang direbutnya itu merupakan jajahan dalam arti yang sesungguhnya. Bentuk imperialisme politik ini tidak umum ditemui di zaman modern karena pada zaman modern paham nasionalisme sudah berkembang. Imperialisme politik ini biasanya bersembunyi dalam bentuk protectorate dan mandate.
- Imperialisme Ekonomi. Si imperialis hendak menguasai hanya ekonominya saja dari suatu negara lain. Jika sesuatu negara tidak mungkin dapat dikuasai dengan jalan imperialisme politik, maka negara itu masih dapat dikuasai juga jika ekonomi negara itu dapat dikuasai si imperialis. Imperialisme ekonomi inilah yang sekarang sangat disukai oleh negara-negara imperialis untuk menggantikan imperialisme politik.
- Imperialisme Kebudayaan. Si imperialis hendak menguasai jiwa (de geest, the mind) dari suatu negara lain. Dalam kebudayaan terletak jiwa dari suatu bangsa. Jika kebudayaannya dapat diubah, berubahlah jiwa dari bangsa itu. Si imperialis hendak melenyapkan kebudayaan dari suatu bangsa dan menggantikannya dengan kebudayaan si imperialis, hingga jiwa bangsa jajahan itu menjadi sama atau menjadi satu dengan jiwa si penjajah. Menguasai jiwa suatu bangsa berarti mengusai segala-galnya dari bangsa itu. Imperialisme kebudayaan ini adalah imperialisme yang sangat berbahaya, karena masuknya gampang, tidak terasa oleh yang akan dijajah dan jika berhasil sukar sekali bangsa yang dijajah dapat membebaskan diri kembali, bahkan mungkin tidak sanggup lagi membebaskan diri.
- Imperialisme Militer (Military Imperialism). Si imperialis hendak menguasai kedudukan militer dari suatu negara. Ini dijalankan untuk menjamin keselamatan si imperialis untuk kepentingan agresif atau ekonomi. Tidak perlu seluruh negara diduduki sebagai jajahan, cukup jika tempat-tempat yang strategis dari suatu negara berarti menguasai pula seluruh negara dengan ancaman militer.
DAFTAR PUSTAKA
O.
Hashem, Menaklukkan Dunia Islam, Surabaya: 1968.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar