BAB
I
PENDAHULUAN
Membicarakan India pada masa kejayaan Islam
tak lepas dari sejarah dinasti Mughal (1526-1720). Begitu pula membicarakan
dinasti Mughal tak lepas dari masa kejayaannya pada masa Sultan Akbar
(1560-1605). Dalam masa inilah muncul
gagasan dari Akbar yang selalu dibicarakan dalam sejarah Islam, terutama dalam
kawasan India. Din-i-Ilahi, istilah yang digunakan mayoritas ahli sejarah
adalah produk pemikiran Akbar yang ditentang oleh sebagian kelompok umat Islam
waktu itu.
BAB
II
PEMBAHASAN
Akbar memulai pemerintahannya sebagai
seorang Islam ortodoks yang taqwa. Dia menunaikan sholat lima waktu dalam berjama’ah, sering melakukan
adzan dan kadang kala dia sendiri yang membersihkan masjid. Dia sangat
menghormati dua pemimpin agama utama di istana : Makhdum-ul Mulk dan Syech
Abdul Nabi.
Makhdum-ul Mulk, yang penah menjadi tokoh
penting dalam masa awal pemerintahan dinasti Surs, menjadi lebih berkuasa pada
masa awal pemerintahan akbar. Syech Abdul Nabi yang diangkat menjadi
sadr-il-sudur tahun 1565, di beri otoritas yang tidak pernah memegang jabatan
lain menikmatinya. Akbar pergi ke rumah keduanya untuk mendengarkan keterangan
tentang sabda-sabda Nabi saw dan dia menyerahkan Pangeran Salim di bawah
asuhannya.
Dia kemudian membangun Ibadat Khana, Rumah
ibadat yang digunakan untuk diskusi agama. Sejak remaja Akbar senang bergaul
dengan masyarakat terpelajar dan orang-orang jenius. Dia mendengarkan
percakapan mereka tentang ilmu pengetahuan, sejarah kuno dan modern, agama
serta sekte-sektenya dan semua persoalan urusan keduniaan dan memperoleh hasil
yang baik dari apa yang didengarkan itu.
Pertemuan pada Ibadat Khana yang
telah diatur oleh Akbar itu adalah karena semangat agamanya yang ikhlas, tetapi
sayang pada akhirnya merekalah yang menjauhkannya dari kaum ortodoks Islam. Hal
ini adalah kesalahan mereka yang menghadiri diskusi itu.
Saling menuduh di antara ulama itu
menjadikan Akbar menjauhi meraka. Barangkali yang menyebabkan adanya keretakan
antara ulama dan Akbar ialah tentang interpretasi dan pelaksanaan hukum Islam
yang menjadi undang-undang negara adalah wewenang ulama.
Syech ini, yang mempunyai pikiran bebas,
menerangkan bahwa menurut undang-undang Islam, jika ada pertikaian pendapat
antara ahli hukum, maka kepala pemerintahan Islam mempunyai otoritas dan berhak
memilih salah satu pendapat, dan pilihannya itu sangat menentukan. Lalu dia
menyusun dokumen yang sangat penting, yang argumen-argumennya dikutip dari
al-Qur’an dan Hadits Nabi.
Isi dari dokumen itu antara lain adalah ……
Sesungguhnya, orang yang paling dekat kepada Tuhan di hari Kebangkitan ialah
Imam yang adil. Siapa saja yang mematuhi Amir, berarti dia mematuhi aku dan
barang siapa yang memberontak terhadapnya, berarti dia memberontak terhadap
aku,…………
Dengan keluarnya dokumen ini, justru Akbar
memperoleh pegangan yang sah untuk menetapkan persoalan agama, keunggulan
intelek Imam ditetapkan dan oposisi tidak berdaya lagi. Dengan demikian dapat
dikatan bahwa dokumen itu merupakan “Infallibility Decree of 1579” atau
“Dekrit Tidak Dapat Berbuat Salah 1579”.
Setelah itu, Akbar mengumumkan secara formal
agama barunya Din-i-Lahi. Akbar mengumumkan suatu pembaharuan yang luar
biasa yang direncanakan sebagai alat politik : yaitu sijda atau sujud
diperintahkan untuk dilaksanakan dalam menghadap raja, sebab hal itu cocok bagi
raja, tetapi istilahnya diganti dengan zaminbos.
Dengan
diumumkannya sijda ini, maka resmilah Sultan Akbar membentuk suatu kepercayaan
baru yang bernama Din-i-Lahi.[1]
Untuk menarik hati
rakyat dia menetapkan suatu dekrit yang berisikan 12 fasal yang masih
berhubungan dengan Din-i-Ilahi, seperti larangan pemungutan zakat, larangan
penyembelihan binatang-binatang pada hari tertentu, dan penghormatan yang
diberikan kepada hari Minggu.[2]
Berikut ini adalah beberapa pokok ajaran
Din-I-Lahi :
1.Cara menjadi pengikut Din-i-Ilahi Akbar menerima para kandidat pada hari Ahad, ketika matahari bersinar tepat tengah hari. Pertama kali seorang kandidat diperkenalkan Abu al-Fadl, sebagai ulama tertinggi. Kemudian kandidat dengan turban (serban) di tangannya, meletakkan kepalanya di kaki Akbar (sijdah). Akbar kemudian membangunkan kandidat tersebut kemudian meletakkan turban tersebut kembali ke atas kepalanya. Setelah itu Akbar memberikan shast (cincin/ gambar Akbar) yang bertuliskan Nama Tuhan serta kalimat Allah Akbar.
1.Cara menjadi pengikut Din-i-Ilahi Akbar menerima para kandidat pada hari Ahad, ketika matahari bersinar tepat tengah hari. Pertama kali seorang kandidat diperkenalkan Abu al-Fadl, sebagai ulama tertinggi. Kemudian kandidat dengan turban (serban) di tangannya, meletakkan kepalanya di kaki Akbar (sijdah). Akbar kemudian membangunkan kandidat tersebut kemudian meletakkan turban tersebut kembali ke atas kepalanya. Setelah itu Akbar memberikan shast (cincin/ gambar Akbar) yang bertuliskan Nama Tuhan serta kalimat Allah Akbar.
2.Diantara aturan Din-i-Ilahjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
a)Para anggota Din-i-Ilahi, ketika berjumpa dengan sesama anggotanya harus mengucapkan Allah Akbar, dan sebagai jawabnya ialah Jalla Jallaluh. Motif Akbar menetapkan bentuk salam ini adalah untuk mengingatkan manusia agar mereka memikirkan asal kejadiannya, dan menjaga ketuhanan tetap hidup dan selalu diingat.
a)Para anggota Din-i-Ilahi, ketika berjumpa dengan sesama anggotanya harus mengucapkan Allah Akbar, dan sebagai jawabnya ialah Jalla Jallaluh. Motif Akbar menetapkan bentuk salam ini adalah untuk mengingatkan manusia agar mereka memikirkan asal kejadiannya, dan menjaga ketuhanan tetap hidup dan selalu diingat.
b)Sebagai ganti dari makanan yang biasa diberikan untuk
memperingati seseorang yang telah meninggal, masing-masing anggota harus
mempersiapkan makanan selama masa hidupnya. Dengan demikian dia mengumpulkan
persiapan untuk perjalanannya yang terakhir
c)Setiap anggota harus mengadakan pesta pada hari ulang
tahunnya dan memberikan sedekah. Dengan demikian ia mempersiapkan bekal untuk
perjalanan yang panjang.
d)Setiap anggota harus berusaha tidak memakan daging sapi.
Mereka boleh membiarkan orang lain memakan daging tanpa dia sendiri
menyentuhnya. Selama bulan kelahirannya mereka tidak boleh mendekati daging.
Mereka tidak boleh menggunakan tempat yang sama yang pernah dipakai oleh tukang
daging, penangkap ikan serta penangkap burung.
e)Setiap anggota tidak boleh menikahi wanita tua dan
gadis-gadis belum akil baligh.
f)Setiap anggota diharapkan untuk mengorbankan harta benda, kehidupan, kehormatan serta agamanya untuk pengabdian kepada sultan.[3]
f)Setiap anggota diharapkan untuk mengorbankan harta benda, kehidupan, kehormatan serta agamanya untuk pengabdian kepada sultan.[3]
BAB
III
KESIMPULAN
Akbar memulai pemerintahannya sebagai
seorang Islam ortodoks yang taqwa. Dia kemudian membangun Ibadat Khana, Rumah
ibadat yang digunakan untuk diskusi agama. Sejak remaja Akbar senang bergaul
dengan masyarakat terpelajar dan orang-orang jenius. Dia mendengarkan percakapan
mereka tentang ilmu pengetahuan, sejarah kuno dan modern, agama serta
sekte-sektenya dan semua persoalan urusan keduniaan. Sultan Akbar kemudian
membentuk suatu kepercayaan baru yang bernama Din-i-Lahi.
Pokok ajaran Din-I-Lahi antara lain : untuk
menjadi anggota harus melalui proses dan tata cara yang khusus, saat berjumpa
dengan sesama angggota harus mengucapkan salam, pesta ulang tahun setiap tahun,
tidak makan daging sapi, tidak menikahi wanita tua dan tidak boleh bergaul
dengan perempuan yang belum akhil baligh, diharapkan mengorbankan harta untuk
sultan.
DAFTAR
PUSTAKA
Umar Asasuddin Sokah, Din-I-Lahi
Kontroversi Keberagaman Sultan Akbar Agung, (Yogyakarta : ITTAQA Press)
1994
http://www.baitulamin.org/tasawuf/risalah/76-tarikat-naqsyabandiyah-india.html.
diakses pada tanggal 26 april 2011 jam 23:30
http://blog-dari.blogspot.com/2008/05/din-i-ilahi-pemikiran-politik-keagamaan.html.
diakses tanggal 26 april 2011 jam 23:45
[1]
Umar Asasuddin Sokah, Din-I-Lahi Kontroversi Keberagaman Sultan Akbar Agung,
(Yogyakarta : ITTAQA Press) 1994. Hal 67
[2] http://www.baitulamin.org/tasawuf/risalah/76-tarikat-naqsyabandiyah-india.html.
diakses pada tanggal 26 april 2011 jam 23:30
[3]http://blog-dari.blogspot.com/2008/05/din-i-ilahi-pemikiran-politik-keagamaan.html.
diakses tanggal 26 april 2011 jam 23:45
Tidak ada komentar:
Posting Komentar