Minggu, 10 Maret 2013

PEMIKIRAN SAYYID AHMAD KHAN DI INDIA PADA ABAD KE 19



PEMIKIRAN SAYYID AHMAD KHAN DI INDIA PADA ABAD KE 19
A . Latar Belakang
            Sayyid Ahmad Khan dilahirkan di Delhi tanggal 17 Oktober 1817 dan menurut keterangan ia berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi Muhammad melalui Fatimah bin Ali. Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana di zaman Alamghir II(1754-1756).
Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dab Kerajaan Mughal sebagai akibat dari “Pemberontakan 1857”, muncullah Sayyid Ahmad Khan untuk memimpin umat Islam India, yang telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan maju kembali sebagai di masa lampau.
            Di masa “Pemberontakan 1857”, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menganggap ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya, tetapi hadiah yang dianugerahkan Inggirs kepadanya ia tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepanya dapat ia terima. Hubungan dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk kepentingan umatr Islam India.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan kedudukan umat Islam India, dapat diwujudkan hanya dengan bekerja sama dengan Inggris. Inggris merupakan penguasa yang terkuat di India dan menentang kekuasaan, itu tidak akan membawa kebaikan bagi umat Islam India. Hal ini akan membuat mereka tetap mundur dan akhirnya akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.
Di samping itu dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk di dalamnya Inggris, ialah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Untuk dapat maju, umat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh umat Islam untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.
Ia berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa dalam “Pemberontakan 1857, umat Islam tidak memainkan peranan utama. Untuk itu Ia keluarkan pamflet yang mengandung penjelasan tentang hal-hal yang membawa pada pecahnya “Pemberontakan 1857. Di antara sebab-sebab yang ia sebut adalah yang berikut:
1.      Intervensi Inggris dalam soal keagamaan, seperti pendidikan agama Kristen yang diberikan kepada yatim piatu di panti-panti yang diasuh oleh orang Inggris, pembentukan sekolah-sekolah misi Kristen, dan penghapusan pendidikan agama dari perguruan-perguruan tinggi.
2.      Tidak turut sertanya orang-orang India, baik Islam maupun Hindu, dalam lembaga-lembaga perwakilan rakyat, hal yang membawa kepada:
a.       Rakyat India tidak mengetahui tujuan dan niat Inggris, mereka anggap Inggris datang untuk merobah agama mereka menjadi Kristen.
b.      Pemerintah Inggris tidak mengetahui keluhan-keluhan rakyat India.
3.      Pemerintah Inggris tidak berusaha mengikat tali persahabatan dengan rakyat India, sedang kestabilan dalam pemerintahan bergantung pada hubungan baik dengan rakyat. Sikap tidak menghargai dan tidak menghormati rakyat India, membawa kepada akibat yang tidak baik.
Atas usaha-usahanya dan atas sikap setia yang ia tunjukkan terhadap Inggris, Sayyid Ahmad Khan akhirnya berhasil dalam merobah pandangan Inggris terhadap umat Islam India. Dan sementara itu anjuran supaya jangan mengambil sikap melawan tetapi sikap berteman dan bersahabat dengan Inggris untuk menjalin hubungan baik antara orang Inggris dan umat Islam. Agar umat Islam dapat ditolong dari kemundurannya, telah dapat diwujudkan dimasa hidupnya.[1]
Dari sinilah perhatian Ahmad Khan yang besar selain terhadap umat Islam India, juga terhadap umat lain. Dengan sikapnya itu, ia selain tidak mau mengorbankan umat Islam dalam perjuangan, juga tidak mau meangorbankan umat lain. Sikap dan rasa nasionalisme yang kuat mendorong ia lebih mementingkan hal-hal yang bersifat umum  bagi rakyat India. Untuk sementara itu, ia berusaha sekuat tenaga meyakinkan Inggris bahwa segala sesuatu yang terjadi akan dapat diselesaikan melalui jalan damai.[2]
Sayyid Ahmad Khan melihat bahwa umat Islam India mundur karena mereka tidak mengikuti perkembangan zaman. Peradaban Islam klasik telah hilang dan telah timbul peradaban baru di Barat. Dasar peradaban baru ini ialah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi modern adalah hasil pemikiran manusia. Oleh karena itu, akal mendapatkan penghargaana tinggi bagi Sayyid Ahmad Khan. Tetapi sebagai orang Islam yang percaya kepada wahyu, ia berpendapat bahwa kekuatan akal bukan tidak terbatas.
Inilah pokok-pokok pemikiran Sayyid Ahmad khan mengenai pembaharuan dalam Islam. Ide-ide yang dikemukakannya banyak persamaannya dengan pemikiran Muhammad Abduh di Mesir. Kedua pemuka pembaharuan ini sama-sama memberi penghargaan tinggi kepada akal manusia, sama-sama menganut paham qadariah, sama-sama menetang taklid dan sama-sama membuka pintu ijtihad yang dianggap tertutup oleh umat Islam pada umumnya di waktu itu.[3]
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini ialah pemikirin Sayyid Ahmad Khan di India paa abad ke-19. Kajian mengenai Sayyid Ahmad Khan ini difokuskan terhadap pemikiran dan pembaharuan yang di lakukan di India. Untuk itu pelacakan atas peristiwa-peristiwa serta penjabaran  permasalahan tersebut akan dipandu melalui pertanyaan-pertanyaan utama sebagai berikut:
1.      Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi munculnya ide-ide pembaharuan Sayyid Ahmad Khan?
2.      Apa langkah-langkah Sayyid Ahmad Khan untuk membangkitkan kembali umat Islam di India?
3.      Bagaimana perkembangan pemikiran seorang pembaharu Sayyid Ahmad Khan?
C. Tujuan dan Kegunaan
            Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.      Memahami dan mengetahui yang melatarbelakangi munculnya ide-ide pembaharuan Sayyid Amir Ali.
2.      Mengetahui langkah-langkah Sayyid Ahmad Khan untuk membangkitkan kembali umat Islam di India
3.      Memaparkan perkembangan pemikiran seorang pembaharu Sayyid Ahmad Khan dalam berbagai bidang yang akhirnya dapat direalisasikan kepada rakyat India.
Kegunaan penelitian ini adalah:
1.      Dapat memahami dan mengetahui latar belakang munculnya pemikiran-pemikiran yang di lakukan Sayyid Ahmad Khan di India.
2.      Sebagai bandingan karya ilmiah mahasiswa dalam penyusunan skripsi mengenai Sayyid Ahmad Khan.
3.      Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuanyang terkait dengan studi tentang tokoh Sayyid Ahmad Khan atas pemikiran pembaharuan Islamnya di India.
D. Tinjauan Pustaka
                  Sepanjang pengetahuan penulis, sudah banyak tulisan para sejarawan tentang pembaharu Sayyid Ahmad Khan di India cukup banyak ditemui karya-karyanya yang sudah ada. Namun, sejauh ini, belum ada yang secara spesifik membahas tentang pemikiran Sayyid Ahmad Khan utamanya tentang dari mana asal usul pemikiran itu diperoleh. Oleh karena itu penulis merasa ingin tertarik untuk menulis dan meneliti hail ini. adapun karya-karya yang sudah ada seperti buku karangan Harun Nasution yang berjudul Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), buku ini berisi tentang kegiatan politik serta pemikiran yang di lakukan Sayyid Ahmad Khan di India.
      Selain itu adapula buku karangan Abdul Sani, Lintasan Sejarah pemikiran Perkembangan modern Dalam Islam, (PT. Raja Grafindo persada, 1998), buku ini juga berisi tentang politik serta pemikiran yang dilakukan Sayyid Ahmad Khan tetapi lebih singkat dan kesimpulannya.
E. Landasan Teori
      Tujuan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan penjelasan tentang pemikiran pembaharuan yang dilakukan seorang tokoh nasionalis Sayyid Ahmad Khan khususnya yang meliputi latar belakang munculnya pembaharuan yang di lakukan oleh Sayyid Ahmad Khan.
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa usaha peningkatan kedudukan dan kesejahteraan ummat Islam India dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan Inggris sebagai penguasa di India. Dalam fikirannya, menentang kekuasaan Inggris tidak akan membawa kebaikan bagi ummat Islam India tetapi akan menjadikan umat Islam semakin mundur serta akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India. Selain itu dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk di dalamnya Inggris, adalah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sehingga untuk mendapatkan kemajuan, ummat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu. Jalan yang harus ditempuh ummat Islam memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggeris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris.[4]
      Penelitian ini menggunakan telaan kajian ( library research) karena untuk mempermudah melakukan penelitian ini dan juga mempermudah mendapatkan sumber-sumber yang ingin di teliti.
Dari pokok permasalahan diatas pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan social historis. Pendekatan ini dipergunakan dalam penggambaran tentang peristiwa masa lalu. Konstruksi sejarah dengan pendekatan sosiologis ini bahkan dapat pula dikatakan sebagai sejarah sosial, karena pembahasannya mencakup golongan sosial yang berperan, jenis hubungan sosial, konflik berdasarkan kepentingan, pelapisan sosial, peranan dan status, dan sebagainya.
      Secara metodologi, penggunaan sosiologis dalam kajian sejarah itu, sebagaimana dijelaskan Weber, adalah bertujuan memahami arti subjektif dari kelakuan sosial, bukan semata-mata menyelidiki arti objektifnya. Dari sini, tampaklah bahwa fungsionalisasi sosiologi mengarahkan pengkaji sejarah pada pencarian arti yang dituju oleh tindakan individual berkenaan dengan peristiwa-peristiwa kolektif sehingga pengetahuan teorituslah yang akan mampu membimbing sejarawan dalam menemukan motif-motif dari suatu tindakan atau faktor-faktor dari suatu peristiwa-peristiwa. Oleh karena itu, pemahaman sejarawan dengan pendekatan tersebut lebih bersifat subjektif.[5]
      Teori akan dipandang sebagai pokok ilmu sejarah apabila penulisan atas suatu peristiwa itu sampai pada upaya melakukan analisis atas faktor-faktor kausal, kondisional, kontekstual dan unsur-unsur merupakan komponen dan eksponen dari proses sejarah yang dikaji. Sementara pendekatan berfungsi sebagai pokok metodologi apabila pendekatan itu dapat dioperasikan dengan bantuan seperangkat konsep dan teori.
Proses penentuan konsep di  sebut “konseptualisasi”, artinya seseorang membagi dan mengelompokkan fenomena empiris atas dasar persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Dalam hal ini, konsep merupakan ide umum yang dipakai untuk membagi sesuatu dalam kelas-kelas atau bagian-bagian tertentu. Akan tetapi, pada prinsipnya konsep hanyalah melukiskan katagori tunggal, bukan merupakan pertalian antara katagori-katagori, sedangkan pertalian konsep-konsep disebut hipotesis-hipotesis, kerangka konseptual, atau teori-teori.[6]

F. Metode Penelitian
      Dalam penulisan skripsi ini, metode yang akan digunakan adalah metode penelitian sejarah (metode historis), dengan tujuan untuk menganalisis peristiwa-peristiwa masa lampau.
Metode hitoris ini bertumpu pada emapt langkah kegiatan, yaitu:
1. Pengumpulan Data/sumber ( Heuristik)
Heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum. Heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani, dan memerinci bibliografi, atau mengklasifikasikan dan merawat catatan-catatan.
      Sebelum peneliti mengayunkan langkahnya lebih jauh dalam pencarian sumber-sumber yang lebih teperinci, sebetulnya panduan heuristik yang pertama kali dapat dilakukan adalah dengan membaca bibliografi terdahulu mengenai topik penelitian. Berdasarkan bacaan ini, selain peneliti dapat mengumpulkan sebagian data, ia juga dapat mencata sumber-sumber terkait yang dipergunakan dalam karya terdahulu.

2. Kritik Sumber (Verifikasi)
            Setelah sumber sejarah dalam berbagai kategorinya itu terkumpul, tahap berikutnya adalah verifikasi atau kritik untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini. dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelususri melalui kritik intern.
3. Analisis ( Interpretasi)
Dalam hal ini, ada dua metode yang digunakan, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan, sedangkan sintesis berarti menyatukan. Analisis sejarah itu sendiri bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh.
4. Penulisan ( Historiografi)
Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan).[7]
G. Sistematika Penulisan
      Penyajian penulisan dalam bentuk skripsi ini mempunyai tiga bagian: pengantar, hasil penelitian, dan simpulan. Bagian pertama merupakan bab pendahuluan, di dalamnya diuraikan beberapa hal pokok mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaannya, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.
      Hasil penelitian disajikan dalam empat bab berikutnya sebagai salah satu kesatuan yang tak terpisahkan satu dengan lainnya.[8]
      Bab kedua, membahas tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnua ide-ide pembaharuan Sayyid Ahmad Khan .
      Bab ketiga, membahas tentang langkah-langkah Sayyid Ahmad Khan untuk membangkitkan kembali umat Islam di India.
      Bab keempat, membahas tentang perkembanagan pemikiran seorang pembaharu  Sayyid Ahmad Khan dslsm berbagai bidang.
      Bab kelima (terakhir), merupakan kesimpulan atas keseluruhan pembahasan skripsi ini yang diharapkan dapat menarik benang merah dari uraian pada bab-bab sebelumnya menjadi suatu rumusan yang bermakna. Rumusan kesimpulan itu tertulis pada bab kelima (terakhir) dan ia sekaligus sebagai bab penutup.[9]

Daftar Pustaka
Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, jakarta: Bulan Bintang, 2003.
Sani, Abdul, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998.
Abdurahman, Dudung, Metodologi Penelitian Sejarah, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007.


[1] Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), hlm. 158-160
[2] Abdul Sani, Lintasan Sejarah pemikiran Perkembangan modern Dalam Islam, (PT. Raja Grafindo persada, 1998), hlm. 146
[3] Ibid., hlm 160-162
[4] Amrullah dan Adii, PEMBAHARUHAN DI INDIA/PAKISTAN, di askes dari http://muhtarom84.blogspot.com/2009/12/pembaharuhan-di-indiapakistan.html, hari selasa, 25 mei 2010 jam 23:54 WIB.
[5] Dudung Abdurahman, Metodologi Penelitian Sejarah (Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 23
[6] Ibid., 32
[7] Ibid., hlm. 63-76
[8] Ibid., hlm. 159
[9] Ibid., hlm. 160

Tidak ada komentar:

Posting Komentar